Setjangkir Tjerita
    Awan yang bersahabat dikala sore itu seakan ikut mengiringi Anggota Himpunan Mahasiswa Jurnalistik dan Fotografi (HMJF) saat melakukan upacara pemberangkatan Hunting Besar (HB) 2017.  Tepat pukul 17.00 WIB upacara dimulai dan dibuka oleh pembina HMJF Dr. H. Iskandar Ladamay M,Pd  di depan Gedung Pascasarjana Universitas Kanjuruhan Malang. Hunting Besar kali ini dilaksanakan di Kecamatan Dampit tepatnya di Desa Srimulyo, Sukodono dan Baturetno. Beberapa hal yang melatarbelakangi kami memilih tempat tersebut tidak lain karena desa ini memiliki potensi yang layak untuk dipublikasikan. 
        Kopi yang merupakan komoditas utama di Desa ini membuat mata pencaharian mayoritas warganya menjadi petani kopi. Kesuburan tanah yang berada di ketinggian 600-800 mdpl mendukung tumbuhnya tanaman kopi dengan sangat baik. Perawatan kebun yang diibaratkan seperti merawat anak sendiri menjadi salah satu tips untuk menjaga kebun kopi dan kualitas kopi yang dihasilkan. Hunting Besar kali ini bertemakan “Setjangkir TJerita” yang bermaksud untuk menguak fenomena yang sedang terjadi disana dan berusaha menuliskan solusi atas permasalahan tersebut. Tidak hanya itu saja kami juga menceritakan tentang kopi dan kehidupan para petani kopi di desa tersebut. Mengusung tema yang sedemikian membuat kami semakin bersemangat dan penasaran dengan cerita apa yang sebenarnya ada disana.
    Jum’at pukul 07.00 WIB (11/08) kami bersama sebelas anggota HMJF berangkat menuju Desa Baturetno dengan mengendarai sepedah motor. Sebelum melakukan perjalanan jauh kami berdoa bersama terlebih dahulu agar selama perjalanan tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan selamat sampai tujuan. Pertama kali masuk Kecamatan Dampit mata kami langsung dimanjakan oleh pemandangan indah yang membuat kami semua takjub. Suasana yang sejuk serta nyaman juga mengiringi perjalanan kami, dengan keadaan jalan yang kurang bagus tak membuat kami letih karena niat yang sepenuhnya kami bawa. Pukul 10.00 WIB kami sampai di rumah kepala desa yang sekaligus menjadi tempat menginap selama tiga hari. Kami beristirahat sejenak untuk menghilangkan sedikit penat yang kami rasakan selama di perjalanan, karena cukup jauh dan cukup melelahkan. Kami melakukan breefing terlebih dahulu sebelum melakukan hunting, mulai dari membagi konten, memberikan alokasi waktu sampai pasangan untuk boncengan karena motornya tidak mencukupi. 
Adzan magrib sudah berkumandang semua anggota sudah berkumpul di penginapan. Seperti yang tertera dijadwal kami harus melakukan evaluasi hari pertama, namun sebelum itu kami makan terlebih dulu agar tetap energik. Selang beberapa menit ada dua anggota yang menyusul dan menambah keramaian kala itu. Semua duduk melingkar dan langsung mengevaluasi karya jurnalistik dan fotografi secara bersamaan. Sampai pukul 22.00 WIB evaluasi telah selesai dan para anggota langsung menyusun karya jurnalistik masing-masing. Setelah itu satu persatu dari kami langsung tidur dan menyiapkan hari esok untuk melengkapi data yang kurang. 
Matahari sudah mulai bersinar, kami bergegas bangun dan mempersiapkan untuk hunting hari kedua. Ketika matahari mulai terik, para petani mulai menjemur kopi hasil panenan tahun ini. Ada juga petani yang pergi ke ladang, memproses kopi baik asalan maupun fermentasi dan kegiatan lainnya. Seperti hari pertama kami melakukan hunting dan wawancara, hari kedua pun sama tapi kami sudah mengetahui kemana harus mencari tempat dan narasumber untuk melengkapi karya. Seharian kami melakukan proses hunting dan kembali ke penginapan sebelum adzan magrib. Setelahnya kami langsung istirahat dan makan karena kami diburu waktu. Setelah selesai sholat kami langsung mengadakan evaluasi hari kedua, mungkin di luar ekspektasi jika disana ada yang sudah menerapkan sistem petik merah dan ada yang belum menerapkan. Timbul berbagai pertanyaan dari teman-teman karena sesungguhnya inilah permasalahan yang tidak kentara dan kami temukan saat proses hunting. Waktu semakin larut, namun tak menyurutkan semangat kami untuk terus berpikir akan dibawa kemana karyanya. Imam Ghozali, S.Kom selaku DPO HMJF juga ikut menyumbangkan ide yang mungkin bisa menjadi solusi. Evaluasi telah selesai dan kami langsung tidur.
Dingin di pagi hari membuat suasana semakin sejuk apalagi ditambah dengan nikmatnya seduhan kopi  di hari ketiga tersebut (Minggu, 13 Agustus 2017). Dingin yang kami rasakan ternyata disebabkan gemericik air hujan yang turun dari langit, namun itu bukan menjadi suatu kendala bagi kami. Kami terus berdoa agar rintik hujan segera berhenti dan kami bisa segera melanjutkan proses hunting. Mungkin Tuhan menjawab doa, di siang hari hujan mulai reda dan terik matahari mulai terlihat. Kami mulai bergegas hunting hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB sementara sesuai jadwal pukul 15.00 WIB kami harus pulang agar sampai di Malang tidak larut malam. Sebelum pulang kami berpamitan dengan keluarga besar kepala desa Baturetno.
Kebetulan rumah tempat kami menginap adalah kerabat dari salah satu anggota HMJF yaitu Indarti Retno Fitria, S.Pd jadi kami memutuskan sebelum pulang ke Malang untuk singgah ke rumahnya terlebih dahulu karena jaraknya tidak terlalu jauh. Disana kami bercengkerama dan bersilahturahmi serta menyantap suguhan untuk mengisi perut. Sesudah adzan magrib kami bersama-sama bergegas pulang, membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk sampai di Malang. Pukul 19.00 WIB kami sampai di Malang dan kembali ke kos masing-masing untuk beristirahat. Tak hanya sampai disini saja perjalanan hunting besar kami, demi mendapatkan karya yang bagus sesuai dengan yang kami inginkan kami kembali ke Dampit pada hari selasa. Proses petik merah, sortasi dan rambang kami abadikan dengan kamera karena sejatinya kami ingin bercerita tentang kopi dan petaninya. 
Hari selasa, 15 Agustus 2017 kami berangkat ke Dampit untuk melengkapi karya. Kami berempat sampai disana dan langsung hunting sampai sore. Malam pun tiba, dua anggota HMJF menyusul untuk hunting di hari esok. Saat disana, kami bermalam di rumah Pak Sukari di Desa Srimulyo. Pagi hari kami menyiapkan senjata untuk hunting dan langsung berangkat ke tempat untuk proses pulper. Para warga yang berada di dekatnya mempersilahkan kami untuk menikmati seduhan kopi, sehingga capek seolah-olah langsung hilang dengan meminum secangkir kopi yang disuguhkan. Sore hari kami memutuskan untuk pulang, namun Pak Sutikno warga Srimulyo memberitahu kami bahwa hari sabtu ada expo tentang kopi. Akhirnya kami berpikir kembali lagi ke Dampit di hari Sabtu untuk memburu momen tersebut. 
  Evalusi terus kami lakukan untuk memperbaiki karya, jadi untuk memperoleh foto tersebut malam hari di Malang kami langsung hunting di Remboeg Pawon yang beralamat di Jl. Terusan Sulfat No. 19-21, Pandanwangi untuk proses roasting. Karya kami dirasa sudah melengkapi dan selang beberapa hari langsung proses kurasi di rumah kurator yaitu saudara Hayuyuda Prabowo. Demi mendapatkan hasil yang sepadan kurasian ini dilakukan sebanyak tiga kali dan akhirnya foto yang di pamerkan sebanyak 85 karya. Tidak hanya karya foto saja yang kami pamerkan tapi karya jurnalistik yang menyajikan berbagai informasi yang ada di Desa Srimulyo, Sukodono dan Baturetno. Harapan dengan output yang demikian dapat bermanfaat bagi semua kalangan. (DINISETYA/HMJF)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Bimbingan Dan Konseling

Contoh Bisnis Plang (Uasaha Jamur Krispi)

Materi Ekonomi Publik (Eksternalitas)