Makalah Bimbingan Dan Konseling
Dini Setyawati | 150401020027
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Progam Studi Pendidikan Eknomi
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta
didik, baik secara perorangan maupun berkelompok, agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip bimbingan harus diterjemahkan kedalam
program-program sebagai pedoman pelaksanaan di sekolah.
Di dalam membuat program tersebut, kerjasama konselor dengan
personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan.
Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang
komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik. Dasar pemikiran
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah atau madrasah, bukan
semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut
konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual). Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen
pelayanan, yaitu pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsif, perencanaan individual,
dan dukungan sistem.
Tidak hanya pelayanan saja, untuk mengantisipasi dan mengikuti perkembangan
dunia, Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan suatu hal yang tidak dapat
ditawar keberadaannya. Pesatnya kemajuan jaman menuntut manusianya untuk siap
mengisi jaman tersebut. Manusia sebagai individu yang berperan mengisi
aktivitas jaman akan selalu terbentur dengan masalah-masalah yang dihadapinya
dalam kehidupan.
Siswa sebagai anak didik yang juga merupakan bahagian dari individu yang
dikatakan berperan mengisi zaman tentu tidak akan terlepas dari kondisi ini.
Pada siswa yang dipersiapkan untuk menjadi generasi penerus diharapkan dapat
dan memperoleh perkembangan individu yang optimal. Perkembangan disini tentunya
melalui sekolah. Berbicara mengenai sekolah maka perangkat membentuk individu
melalui pendidikan merupakan suatu sistem. Disamping memperoleh ilmu pengetahuan
siswa juga diharapkan dapat berkembang lebih jauh sesuai dengan kapasitas
individu yang dimilikinya. Disinilah peran guru Bimbingan Konseling, dengan
mendampingi si anak untuk memperoleh dan meraih harapan dan cita-citanya,
diharapkan anak dapat tergali dan berkembang lebih baik kemampuan yang ada pada
dirinya.
1. Apa yang
dimaksud strategi dalam bimbingan dan konseling?
2. Apa saja jenis-jenis pelayanan ?
3. Apa saja ragam pendekatan bimbingan dan
konseling?
1.
Untuk mengetahui pengertian
dari strategi dalam bimbingan
dan konseling.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis layanan.
3.
Untuk mengetahui ragam pendekatan bimbingan dan konseling.
Agar pembaca dapat mengetahui strategi dalam bimbingan dan konseling, jenis-jenis
layanan dan ragam pendekatan bimbingan
BAB II
PEMBAHASAN
Strategi
berasal dari Bahasa Yunani yaitu strategos
yang merupakan gabungan dari kata stratos
(militer) dengan ago (memimpin).
Sebagai kata kerja, strategos berarti
merencanakan (to plan). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia istilah strategi memiliki pengertian bahwa ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu
dalam perang dan damai. Menurut Mintberg dan Waters (1983) bahwa makna strategi
adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan. Sedangkan menurut Hardy, Langley
dan Rose dalam Sudjana (1986) mengemukakan bahwa yang dimaksud strategi adalah
suatu rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan. Jadi
strategi bimbingan dan konseling adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk mencapai kegiatan belajar mengajar serta dalam
hal membantu dan membimbing peserta didik secara maksimal.
Bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu :
1.
Pelayanan Dasar
a)
Pengertian
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas–tugas
perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompotensi kemandirian) yang
diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam
menjalani kehidupannya.
b) Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci
tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli agar
1) Memiliki
kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
sosial budaya dan agama).
2) Mampu
mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya.
3) Mampu menangani atau
memenuhi kebutuhan dan masalahnya.
4) Mampu mengembangkan
dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
c)
Fokus pengembangan
Untuk
mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu
konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi
kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar
kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: self-esteem,
motivasi berprestasi, keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan
pemecahan masalah, keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi,
penyadaran keragaman budaya, dan perilaku bertanggung jawab. Hal-hal yang terkait
dengan perkembangan karir (terutama di tingkat SLTP/SLTA) mencakup
pengembangan: fungsi agama bagi kehidupan, pemantapan pilihan program studi,
keterampilan kerja profesional, kesiapan pribadi (fisik-psikis,
jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, perkembangan dunia kerja, iklim
kehidupan dunia kerja, cara melamar pekerjaan, kasus-kasus kriminalitas,
bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan dampak pergaulan bebas.
2. Pelayanan
Responsif
a) Pengertian
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli
yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses
pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling indiviaual,
konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru, dan alih tangan kepada ahli
lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif
b) Tujuan
Tujuan
pelayanan responsif adalah membantu konseli agar mampu memenuhi kebutuhannya
dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami
hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Indikator dari
kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku
bermasalah. Tujuan
pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi
masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan
dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau
masalah pengembangan pendidikan.
c)
Fokus pengembangan
Fokus
peleyanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah
atau kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginana untuk memahami sesuatu hal
karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan
untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi,
sumber- sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika,
pergaulan bebas.
Masalah
lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu
kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak
terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan.
Masalah konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat
dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Masalah
(gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami konseli diantaranya: merasa
cemas tentang masa depan, merasa rendah diri, berperilaku impulsif
(kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan-nya secara
matang), membolos dari Sekolah/Madrasah, malas belajar, kurang memiliki
kebiasaan belajar yang positif, kurang bisa bergaul, prestasi belajar rendah,
malas beribadah, masalah pergaulan bebas (free sex), masalah tawuran,
manajemen stress, dan masalah dalam keluarga.
Untuk
memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan cara asesmen dan
analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai teknik, misalnya
inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara,
observasi,sosiometri, daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar masalah
konseli atau alat ungkap masalah (AUM).
3. Perencanaan
Individual
a) Pengertian
Perencanaan
individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan segala
karakteris-tiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang
akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan
sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam
mengem-bangkan potensinya secara optimal, termasuk keber-bakatan dan kebutuhan
khusus konseli. Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan,
kola-borasi, dan advokasi diperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.
b) Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk
membantu konseli agar:
1) Memiliki
pemahaman tentang diri dan lingkungannya,
2) Mampu merumuskan tujuan, perencanaan
atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karir, dan
3) Dapat melakukan kegiatan berdasarkan
pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
Tujuan
perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi
konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir,
dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layanan perencanaan
individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan konseli untuk memahami secara
khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun
perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang
diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan
dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing konseli. Melalui pelayanan
perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:
1)
Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan
mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan
dirinya, informasi tentang Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
2)
Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.
3)
Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4)
Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
c) Fokus Pengembangan
Fokus
pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara
rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek :
1)
Akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan
pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajar-an
tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat;
2) Karir
meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan
pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif;
3)
Sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan
keterampilan sosial yang efektif.
4. Dukungan
Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya teknologi informasi dan
komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara
berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli. Dukungan
sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan,
memelihara, serta meningkatkan program bimbingan.
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar
penyelenggaraan pelayaan di atas. Sedangkan bagi personil pendidik
lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di
sekolah/madrasah. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi:
1) Konsultasi
dengan guru-guru,
2) Melaksanakan
program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat,
3) Berpartisipasi
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di sekolah/madrasah,
4) Bekerjasama
dengan personel sekolah/madrasah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan
sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli,
5) Melakukan
penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan
konseling, dan
6) Melakukan
kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayana
bimbingan dan konseling.
b) Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui
kegiatan-kegiatan yang meliputi:
1) Pengembangan
program,
2) Pengembangan
staf,
3) Pemanfaatan
sumber daya, dan
4) Pengembangan
penataan kebijakan.
5) Pengembangan
Profesionalitas
Konselor
secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan pengetahuan dan
keterampilannya melalui: in-service training, aktif dalam organisasi profesi,
aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti seminar dan workshop (lokakarya),
atau melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).
6) Pemberian
Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor
perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf
Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar Sekolah/ Madrasah
(pemerintah, dan swasta) untuk memper-oleh informasi, dan umpan balik tentang
pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan
lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan
referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan
kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya Sekolah/ Madrasah untuk menjalin
kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan
peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan
pihak-pihak: instansi pemerintah, instansi swasta, organisasi profesi, seperti
ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), para ahli dalam bidang
tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua
konseli, MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan Depnaker (dalam
rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).
7) Manajemen
Program
Suatu
program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara, dan
tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu,
dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.
c)
Riset dan Pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktifitas konselor yang
berhubungan dengan pengembangan professional secara berkelanjutan, meliputi:
1) Merancang,
melaksanakan dan memanfaatkan penelitian dalam bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, sebagai sumber data bagi
kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses pembelajaran, serta
pengembangan program bagi peningkatan unjuk kerja professional konselor,
2) Merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan diri konselor professional
sesuai dengan standar kompetensi konselor,
3) Mengembangkan
kesadaran komitmen terhadap etika professional,
4) Berperan
aktif di dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.
Pendekatan
Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor
untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya. Nurihsan (2006),
merumuskan empat pendekatan sebagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling,
empat pendekatan tersebut antara lain:
- Pendekatan Krisis
Pendekatan
krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan
kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan
mengatasi krisis atau masalah – masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan
krisis pembimbing menunggu individu yang datang. Selanjutnya, mereka memberikan
bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan individu.
Terkait
dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk
strategi yang digunakan dalam pendekatan krisis. Strategi yang digunakan dalam
pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis
itu. Contoh: Seorang peserta didik datang mengadu kepada guru sambil menangis
karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang menggunakan
pendekatan krisis akan meminta peserta didik tersebut untuk membicarakan
penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke lantai. Bahkan
mungkin guru tersebut memanggil teman peserta didik tersebut untuk datang ke
ruang guru untuk membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas.
2. Pendekatan
Remedial
Pendekatan
remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang
mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu
memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini,
pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan – kelemahan individu dan
selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
Pendekatan
remedial banyak dipengaruhi aleh aliran psikologi behavioristic. Psikologi
behavioristic menekankan perilaku individu di sini dan saat ini. Saat ini,
perilaku dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab
itu, untuk memperbaiki perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung
perbaikan perilaku tersebut.
Terkait
dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan untuk
strategi yang digunakan dalam pendekatan remedial. Strategi yang digunakan,
seperti mengajarkan kepada peserta didik keterampilan tertentu seperti
keterampilan belajar (membaca, merangkum, menyimak, dll), keterampilan sosial
dan sejenisnya yang belum dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam contoh kasus
diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial, guru dapat mengambil tindakan
mengajarkan keterampilan berdamai sehingga peserta didik tadi memiliki
keterampilan untuk mengatasi masalah – masalah hubungan antarpribadi
(interpersonal). Keterampilan berdamai adalah keterampilan yang selama ini
belum dimiliki kedua peserta didik tersebut dan merupakan kelemahan yang bisa
memunculkan masalah itu.
3. Pendekatan
preventif
Pendekatan
preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah – masalah
umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut menimpa individu.
Pembimbing memberikan beberapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk
mencegah masalah tersebut.
Suryana dan
Suryadi (2012) mengatakan bahwa dalam pendekatan ini, guru mencoba
mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu.
Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan,
merokok, membolos, menyontek, mengutil, bermain game on line/internet dan
sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada peserta didik
secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran bahwa jika guru
dapat mendidik peserta didik untuk menyadaribahaya dariberbagaikegiatan dan
menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat
mencegah peserta didik dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut.
Suryana dan
Suryadi (200) juga mengusulkan strategi dalam pendekatan ini. Strategi yang
dapat digunakan dalam pendekatan ini yaitu termasuk mengajar dan memberikan
informasi. Dalam contoh kasus di atas, jika guru menggunakan pendekatan
preventif dia akan mengajari peserta didik nya secara klasikal untuk bersikap
toleran dan memahamiorang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku
agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu
4. Pendekatan
perkembangan
Pendekatan
perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada
individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan –
kekuatan tertentu melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi, kemudian
kekuatan – kekuatan tersebut dikembangkan. Dalam pendekatan ini, layanan
bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang
menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara
individual, kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi,
diskusi, proses kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.
Suryana
dan Suryadi (2012) mengusulkan bahwa strategi yang dapat digunakan dalam
pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih,
tutorial, dan konseling. Dalam contoh tersebut, jika guru menggunakan
pendekatan perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani peserta didik tadi
sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman
belajar bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpri
badiyang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain.
Oleh karena itu, dalam pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman
belajar yang menjadi kebutuhan peserta didik akan dirumuskan ke dalam suatu
kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar umum.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat kami
simpulkan bahwa dalam komponen Bimbingan dan
Konseling mengandung empat komponen pelayanan yaitu, Pelayanan dasar, Pelayanan
responsif, Pelayanan perencanaan individual dan Dukungan sistem. Selain jenis-jenis pelayanan agar
mempermudah proses bimbingan dan konseling juga ada berbagai macam pendekatan
yang bisa dilakukan yaitu, Pendekatan Krisis, Pendekatan Remidial, Pendekatan
Preventif dan Pendekatan Perkembangan. Pada dasarnya tujuan adanya strategi
bimbingan dan konseling ini adalah membantu para konselor dalam proses
pengerjaan dalam hal pendekatan kepada klien sehingga masalah klien mudah untuk
diselesaikan secara damai.
3.2 Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat
menambah pengetahuan tentang komponen dan strategi bimbingan dan konseling
serta menjadi sumber referensi bagi pembacanya.
Mengingat sangat penting pengetahuan tentang bimbingan dan konseling, sudah
seharusnya seorang calon guru memahami permasalahan-permasalahan yang mungkin
bisa terjadi di sekolah serta dapat mencari solusi atas permasalahan yang
sedang dihadapi.
DAFTAR
PUSTAKA
ABKIN. Penataan Pendidikan Profesional
Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas, 2007.
Juntika,
A. dan Sudianto, A. (2005). Manajemen
Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: Grasindo.
Yusuf,
Syamsu LN, dan Juntika, A. (2005). Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya
Komentar
Posting Komentar