Materi Ekonomi Publik (Eksternalitas)
Dini Setyawati | 150401020027
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Progam Studi Pendidikan Ekonomi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai
keterkaitan antara aktifitas satu dengan aktivitas lainnya. Keterkaitan ini
akan membuat kegiatan – kegiatan perekonomian berjalan dengan lancar apabila
kegiatan tersebut dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu
sistem. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme
pasar disebut eksternalitas.
Secara umum dapat dikatakan bahwa eksternalitas merupakan
efek samping dari suatu kegiatan atau transaksi ekonomi yaitu berupa dampak
positif (positive external effects, external economic) maupun
dampak negatif (negative external effects, external diseconomic).
Dampak yang positif misalnya seseorang yang membangun sesuatu pemandangan yang
indah dan bagus pada lokasi tertentu mempunyai dampak positif bagi orang
sekitar yang melewati lokasi tersebut. Sedangkan dampak negatif misalnya
polusi udara, air dan suara. Ada juga ekternalitas yang dikenal sebagai
eksternalitas yang berkaitan dengan uang (pecuniary externalities) yang
muncul ketika dampak eksternalitas itu disebabkan oleh meningkatnya
harga. Misalnya, suatu perusahaan didirikan pada lokasi tertentu atau
kompleks perumahan baru dibangun, maka harga tanah tersebut akan melonjak
tinggi. Meningkatnya harga tanah tersebut menimbulkan dampak eksternal
yang negatif terhadap konsumen lain yang ingin membeli tanah disekitar daerah
tersebut.
Dalam contoh di atas dampak tersebut dalam perubahan harga
tanah, dimana kesejahteraan masyarakat berubah tetapi perubahan itu akan
kembali ke keadaan keseimbangan karena setiap barang akan menyamakan rasio
harga-harga barang dengan marginal rate of substitution (MRS).
Jadi, suatu fakta bahwa tindakan seseorang dapat mempengaruhi orang lain tidaklah
berarti adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut tercermin dalam
harga-harga sehingga tidak terjadi ketidakefisienan dalam perekonomian.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan
eksternalitas ?
2. Bagaimana dampak dari eksternalitas
?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab
eksternalitas ?
4. Bagaimana cara memperbaiki alokasi
sumber-sumber ekonomi ?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari
eksternalitas.
2. Untuk mengetahui dampak dari
eksternalitas.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab eksternalitas.
4. Untuk mengetahui cara memperbaiki
alokasi sumber-sumber ekonomi.
1.4 MANFAAT
PENULISAN
1.
Mahasiswa mampu memahami tentang eksternalitas.
2.
Memberikan wawasan yang lebih banyak kepada mahasiswa mengenai dampak yang
ditimbulkan dengan adanya eksternalitas dalam dunia perekonomian.
3. Mahasiswa
lebih peduli dengan keadaan perekonomian yang sedang dihadapi.
1.5 BATASAN MASALAH
Ruang lingkup dan keterbatasan penulisan makalah ini
adalah menjelaskan tentang pengertian, dampak, faktor penyebab eksternalitas, dan cara memperbaiki alokasi sumber-sumber
ekonomi.
BAB II
2.1 TEORITIS
Berbagai pendapat mengemukakan
teorinya tentang pengertian eksternalitas antara lain:
1. Teori
kesejahteraan ekonomi
Teori kesejahteraan
ekonomi adalah cabang ilmu ekonomi yang menggunakan teknik ekonomi mikro untuk
mengevaluasi kesejahteraan ekonomi, terutama relatif terhadap keseimbangan umum
kompetitif dalam ekonomi untuk efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan yang
dihasilkan yang terkait dengannya. Menganalisis kesejahteraan sosial, secara
terukur, dalam hal kegiatan ekonomi dari individu yang terdiri dari masyarakat
teoritis yang dipertimbangkan. Dengan demikian, individu, dengan kegiatan
ekonomi yang terkait, merupakan unit dasar penggabungan untuk kesejahteraan
sosial, apakah kelompok, komunitas, atau masyarakat, dan tidaklah ada
“kesejahteraan sosial” yang terpisah dari “kesejahteraan” yang berhubungan
denganunit-unitindividu.
Kesejahteraan ekonomi biasanya memerlukan preferensi individu seperti yang diberikan dan menetapkan peningkatan kesejahteraan dalam hal efisiensi pareto dari keadaan sosial A ke keadaan sosial B jika setidaknya satu orang lebih menyukai B dan tak ada orang lain yang menentangnya. Tidak ada persyaratan ukuran kuantitatif yang unik dari peningkatan kesejahteraan yang tersirat dengan hal ini. Aspek lain dari kesejahteraan memperlakukan pendapatan / distribusi barang, termasuk kesetaraan, sebagai dimensi kesejahteraan lebih lanjut.
Kesejahteraan ekonomi biasanya memerlukan preferensi individu seperti yang diberikan dan menetapkan peningkatan kesejahteraan dalam hal efisiensi pareto dari keadaan sosial A ke keadaan sosial B jika setidaknya satu orang lebih menyukai B dan tak ada orang lain yang menentangnya. Tidak ada persyaratan ukuran kuantitatif yang unik dari peningkatan kesejahteraan yang tersirat dengan hal ini. Aspek lain dari kesejahteraan memperlakukan pendapatan / distribusi barang, termasuk kesetaraan, sebagai dimensi kesejahteraan lebih lanjut.
2. Baumol
(1978) Menurutnya, eksternalitas adalah efek yang timbul dari suatu
kegiatan yang tidak dikompensasi ataupun diapreasiasi.
3. Kolm (197)
seperti dikutip oleh Simarmata (1994) mendefinisikan eksternalitas sebagai
dampak dari keputusan seseorang pada orang lain tanpa melibatkan penerima
dampak dalam proses pembuatan keputusan tersebut. Dengan kata lain
eksternalitas adalah dampak negatif atau positif yang tidak memiliki harga dimana
baik penghasil maupun penerimanya tidak merasa memilikinya. Dengan demikian,
eksternalitas baik positif maupun negatif tidak dapat diperjualbelikan karena
tidak adanya harga dan property rights.
4. Meade (1973) mendefinisikan eksternalitas secara
lebih luas dari definisi-definisi di atas. Ekonomi eksternal (diseconomy)
adalah kegiatan yang menimbulkan manfaat atau kerugian secara nyata pada
seseorang atau beberapa orang, dimana penerima dari manfaat atau kerugian
tersebut tidak dilibatkan dalam proses pengembilan keputusan yang memungkinkan
kegiatan tersebut dapat terjadi.
5. Fauzi (2004) mengartikan eksternalitas sebagai
dampak kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas
pihak lain secara tidak diinginkan. Dampak ini tidak hanya terkait dengan
pengelolaan sumberdaya alam. Musik yang terlalu keras, asap rokok yang terhisap
dari orang lain, parfum yang tercium baik yang berbau sedap ataupun sebaliknya
merupakan contoh-contoh dari eksternalitas yang ditemukan pada kegiatan
sehari-hari.
6. Pendapat oleh Rosen (1988) menyatakan bahwa eksternalitas
terjadi ketika aktivitas suatu satu kesatuan mempengaruhi kesejahteraan
kesatuan yang lain yang terjadi di luar mekanisme pasar (non market mechanism).
Tidak seperti pengaruh yang ditransmisikan melalui mekanisme harga pasar,
eksternalitas dapat mempengaruhi efisiensi ekonomi. Dalam hal ini eksternalitas
merupakan konsekuensi dari ketidakmampuan seseorang untuk membuat suatu
property right.
7. Cullis dan Jones (1992) menyatakan bahwa eksternalitas
terjadi ketika utilitas seorang individu tidak hanya bergantung pada barang dan
jasa yang dikonsumsi oleh individu yang bersangkutan, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh aktivitas individu yang lain. Sehingga misalnya fungsi
utilitas individu A dipengaruhi oleh jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh individu A ( x1, x2, x3, ......xn),dan juga dipengaruhi oleh aktivitas
individu B yakniy1, maka fungsi utilitas A menjadi ; UA = UA(x1, x2,x3, ....xn,
Y1).
8. Hyman (1999) menyatakan bahwa eksternalitas
merupakan biaya atau manfaat dari
transaksi pasar yang tidak direfleksikan dalam harga. Ketika terjadi
eksternalitas, maka pihak ketiga selain pembeli dan penjual suatu barang
dipengaruhi oleh produksi dan konsumsinya. Biaya atau manfaat dari pihak ketiga
tersebut tidak dipertimbangkan baik oleh pembeli maupun penjual suatu barang
yang berproduksi atau yang menggunakan produk sehingga menghasilkan
eksternalitas. Lebih jauh Hyman menyatakan bahwa harga pasar yang terjadi tidak
secara akurat menggambarkan baik marginal social cost (MSC) maupun marginal socila benefit (MSB).
9. Meade (Corner dan Sandler, 1993) mengartikan eksternalitas ekonomi
(disekonomi) sebagai suatu per istiwa yang memberi keuntungan cukup besar
(memberikan kerugian cukup besar) pada beberapa orang/orang yang tidak ikut
secara penuh dalam pengambilan keputusan. Dalam pendapat Meade tersebut tidak
secara spesifik mengenai kerangka institusi dalam kaitannya dengan interaksi
sosial yang terjadi. Oleh karena itu Arrow (Corner dan Sandler,1993)
mengartikan eksternalitas dalam suatu kerangka institusi yang lebih khsus,
yakni pasar kompetetif.
10. Fisher (1996) mengatakan bahwa eksternalitas
terjadi bila satu aktivitas pelaku ekonomi (baik produksi maupun konsumsi)
mempengaruhi kesejahteraan pelaku ekonomi lain dan peristiwa yang ada terjadi
di luar mekanisme pasar. Sehingga ketika terjadi eksternalitas, maka private
choices oleh konsumen dan produsen dalam private markets umumnya tidak
menghasilkan sesuatu yang secara ekonomi efisien.
Berdasarkan
pada pemahaman di atas dapat dijelaskan bahwa dalam perpektif teoritis,
eksternalitas terjadi karena adanya perbedaan antara marginal social dan
private cost suatu barang. Dalam kasus kerusakan lingkungan di atas menimbulkan
negative externality karena tidak adanya unsur biaya tambahan dalam bentuk
social cost yang masuk dalam komponen harga barang akhir. Oleh karena itu,
diperlukan government intervention dalam bentuk penetapan pajak atau subsidi
guna mengoreksi dampak-dampak dari eksternalitas (Verhoef, 1999; Verhoef dan
Nijkamp, 2000)
2.2 PEMBAHASAN
2.2.1
PENGERTIAN EKSTERNALITAS
Dalam
buku prinsiple economics edisi 3 karangan N.Gregory Mankiw,disebutkan bahwa
pengertian eksternalitas yaitu dampak-dampak tidak terkompensasi dari tindakan
seseorang terhadap kesejahteraan orang lain yang terlibat. Eksternalitas
(externality) muncul ketika seseorang terlibat dalam kegiatan mempengaruhi
kesejahteraan orang lainyang tidak membayar atau menerima kompensasi atas
dampak tersebut. Jika dampaknya bagi orang baik disebut Eksternalitas positif,
jika dampaknya buruk maka dinamakan Eksternalitas negatif. Ditengah keberdaan
eksternalitas kepentingan dalam suatu hasil pasar akan melampui kesejahteraan
pembeli dan penjual yang berpartisipasi dalam pasar dan kepentingan masyarakat
juga akan meliputi kesejahteraan orang-orang lain yang terkena dampak nya
secara tidak langsung. Eksternalitas hadir dalam beragam bentuk sebagaimana
juga kebijakan yang dibuat untuk mengatasi kegagalan pasarnya ,contohnya adalah
emisi gas buang dari kendaraan bermotor adalah eksternalitas negatif karena
menciptakan asap yang mau tak mau terhirup oranglain,bangunan-bangunan
bersejarah yang direnovasi dan dipelihara merupakan suatu eksternalitas positif
karena orang-orang yang mengunjungi atau melewatinya dapat menikmati keindahan
bangunan-bangunan tersebut.
Eksternalitas adalah kerugian atau keuntungan
yang diderita atau dinikmati pelaku ekonomi karena tindakan pelaku ekonomi lain
yang tidak tercermin dalam harga pasar. sedangkan efisiensi pasar adalah suatu
keadaan apabila suatu pasar sudah dapat mengalokasikan seluruh sumber-sumber
daya yang pada umumnya secara efisien
Eksternalitas
adalah biaya yang harus ditanggung atau manfaat tidak langsung yang diberikan
dari suatu pihak akibat aktivitas ekonomi. Eksternalitas sering disinggung
ketika muncul dampak negatif dari suatu aktivitas ekonomi. Contoh eksternalitas
yaitu pencemaran udara yang mengganggu kesehatan dan lingkungan dan semua itu
harus ditanggung oleh masyarakat sendiri. Contoh eksternalitas yang positif
yaitu individu yang alergi terhadap imunisasi diuntungkan oleh masyarakat yang
telah diimunisasi karena penyebaran penyakit tidak sampai ke individu tersebut.
Kredit karbon adalah salah satu mekanisme pembayaran atau mengambil keuntungan
dari faktor eksternalitas. Jika eksternalitas telah jelas terlihat, maka pelaku
aktivitas ekonomi dapat diberikan pilihan atau diwajibkan untuk membayar dampak
tersebut atau mengklaim keuntungan yang telah diberikannya melalui
undang-undang yang berlaku. Atau pelaku aktivitas ekonomi dapat mengubah produk
atau metode produksinya untuk meminimalisir dampak negatif eksternal.
Eksternalitas
merupakan suatu dampak yang harus diterima oleh suatu pelaku ekonomi karena
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi lainya dengan tanpa adanya
kompensasi. Sehingga saat produsen melakukan kegiatan ekonomi dan menimbulkan
dampak terhadap pihak lain dengan tidak memberikan kompensasi apapun, maka
telah terjadi eksternalitas produsen.
2.2.2
DAMPAK EKSTERNALITAS
Dilihat dari dampaknya eksternalisasi dapat di bagi menjadi 2 yaitu;
a). Eksternalitas
positif
Eksternalitas
positif yaitu dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh
suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya konvensasi dari pihak yang di
untungkan.
b).
Eksternalitas negatif
Eksternalitas
negatif yaitu dampak yang merugikan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh
suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya konvensasi dari pihak yang
dirugikan.
Eksternalitas itu dapat terjadi dari empat interaksi
ekonomi sebagai berikut:
1. Dampak
suatu produsen terhadap produsen lain (effects of producer on other
produceres).
Suatu kegiatan produksi di katakan mempunyai
dampak eksternal terhadap produsen lain jika kegiatan nya itu mengakibatkan
terjadinya perubahan atau penggeseran fungsi produksi dari produksi lain. Contoh: perusahaan yang menghasilkan limbah kealiran
sungai dan semacamnya, sehingga ikan terganggu dan merugikan produsen lain
yakni para nelayan.
2. Dampak
produsen terhadap konsumen(effects of producer on consumeres).
Suatu produsen di katakan
mempunyai eksternal terhadap konsumen, jika aktivitas nya merubah atau
menggeser fungsi rumah tangga.
Contoh : polusi udara suatu
perusahaan yang mengakibatkan kepuasan konsumen terhadap pemanfatan
daerah-daerah rekreasi berkurang.
3.
Dampak konsumen terhadap konsumen lain (
effects of consumeres on consumeres).
Suatu dampak konsumen
terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok
tertentu mempengaruhi atau mengganggu konsumen lain. Contoh : asap rokok seseorang terhadap orang yang ada
disekitarnya yang tidak merokok.
4.
Dampak konsumen terhadap produsen ( effects
of consumeres on producer)
Suatu dampak konsumen terhadap produsen
terjadi jika aktivitas konsumen mengganggu fungsi produksi suatu produsen. Contoh: limbah rumah tangga yang mencemari aliran sungai
sehingga merugikan para nelayan.
Dalam
buku teori mikro ekonomi edisi 5 karangan walter nicholson, eksternalisasi di
bagi menjadi berbagai jenis:
a).
Eksternalitas antar perusahaan
Untuk
mengilustrasikan masalah eksternalitas dalam bentuk yang paling
sederhana,pertimbangkan dua perusahaan satu memproduksi barang X dan
lainnya memproduksi barang Y dimana perusahaan hanya menggunakan satu
masukan yaitu tenaga kerja .produksi barang Y dikatakan memiliki pengaruh
eksternal terhadap produksi X jika keluaran
X tidak hanya bergantung pada
jumlah tenaga kerja yang dipilih oleh perusahaan X
tetapi juga oleh tingkat dimana produksi
Y dilakukan secara notasi fungsi
produksi untuk barang X.
b). Eksternalitas yang menguntungkan
Hubungan
diantara kedua perusahaan dapat menguntungkan sebagian contoh tentang eksternalitas
positif seperti itu berhubungan dengan pertanian kemungkinan contoh yang paling
terkenal yng diajukan oleh J.Meade melibatkan dua perusahaan satu memproduksi
madu dan yang lain memproduksi apel.dalam kasus persaingan sempurna yang
biasa,kegiatan produksi dari satu perusahaan tidak memiliki pengaruh langsung
terhadap produksi perusahaan-perusahaan lain.
c). Ekternalitas dalam utilitas
Eksternalitas
dapat juga terjadi jika kegiatan-kegiatan dari seorang pelaku ekonomi secara
langsung mempengaruhi utilitas seorang individu.satu jenis dari eksternalitas
utilitas yang relavan dengan analisis pilihan sosial timbul ketika utilitas
seorang individu bergantung secara langsung
pada utilitas orang lainnya.
d). Eksternalitas barang publik
Barang-barang
yang bersifat “publik” atau “kolektif” memberikan ilustrasi spesifik tentang jenis eleksternalitas yang akan
menjadi analisis kita dalam paruh kedua bab ini.karakteristik yang khas dari
barang-barang ini adalah barang ini tidak bersifat eksklusif yaitu setelah
barang tersebut diproduksi (baik oleh pemerintah oleh badan swasta tertentu)dan
barang-barang tersebut memberikan manfaat pada keseluruhan kelompok.
2.2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
EKSTERNALITAS
1. Keberadaan Barang Publik Karena sifat barang publik yang tidak
ekslusif dan merupakan konsumsi umum. Keadaan seperti akhirnya cendrung
mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan kontribusi
terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik.[1][9] Kalaupun
ada kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai
penyediaan barang publik yang efisien, karena masyarakat cendrung
memberikan nilai yang lebih rendah dari yang seharusnya (undervalued).
2. Keberadaan
sumber daya bersama (common resources) atau akses terbuka terhadap
sumber daya tertentu ini tidak jauh berbeda dengan keberadaan barang
publik di atas. Sumber-sumber daya milik bersama, sama halnya
dengan barang-barang publik, tidak ekskludabel. Sumber-sumber daya ini
terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya, dan cuma-cuma. Namun
tidak seperti barang publik, sumber daya milik bersama memiliki sifat
bersaingan. Pemanfaatannya oleh seseorang, akan mengurangi peluang
bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, keberadaan sumber
daya milik bersama ini, pemerintah juga perlu mempertimbangkan seberapa banyak
pemanfaatannya yang efisien. Contoh klasik tentang bagaimana
eksternalitas terjadi pada kasus sumberdaya bersama ini adalah seperti yang
diperkenalkan oleh Hardin (1968) yang terkenal dengan istilah tragedi
barang umum (the tragedy of the commons).
3.
Ketidak Sempurnaan Pasar
Masalah
lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan didalam suatu tukar
manukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang
terjadi (outcome). Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak
sempurna (imperfect market) seperti pada kasus monopoli ( Penjual
Tunggal).
4.Kegagalan Pemerintah
Sumber
ketidakefisienan dan atau eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh kegagalan
pasar tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure). Kegagalan
pemerintah banyak diakibatkan tarikan kepentingan pemerintah sendiri atau
kelompok tertentu (interest groups) yang tidak mendorong efisiensi.
Kelompok tertentu ini memanfaatkan pemerintah untuk mencari keuntungan (rent
seeking) melalui proses politik, melalui kebijaksanaan dan sebagainya.
2.2.3 CARA
MEMPERBAIKI ALOKASI SUMBER-SUMBER EKONOMI
1).
TEORIMA COASE
Dari
analisis diatas dapat disimpulkan bahwa adanya eksternalitas menimbulkan
alokasi sumber-sumber ekonomi yang didasarkan pada pertimbangan-petimbangan
individu pihak yang melakukan suatu aktivitas menjadi tidak efisien. Hal ini
disebabkan karena perhitungan untung-rugi oleh individu dilakukan tanpa menghiraukan
dampak dari tindakannya terhadap orang lain atau masyarakat secara keseluruhan. Coase mengemukakan bahwa masalah
eksternalitas timbul karena tidak jelasnya hak pemilikan suatu barang. Misalnya
ada pabrik semen yang membuang limbahnya kedalam sebuah sungai sedangkan di
sebelah hilir sungai ada pabrik es yang menggunakan air sungai untuk membuat
es. Tindakan pabrik semen tersebut menyebabkan pabrik es harus mengeluarkan
biaya tambahan yang besarnya tergantung tingkat pencemaran air yang sungai yang
disebabkan oleh tindakan pabrik semen tersebut. Mengapa pabrik semen membuang
limbahnya kesungai? Ini disebabkan karena tidak adanya kejelasan mengenai siapa
yang berhak atas aliran sungai, sehingga semua orang akan menganggap bahwa
aliran sungai merupakan barang umum yang dapat dilakukan apapun terhadapnya.
Menurut
Coase, apabila pabrik es diberi hak milik atas aliran sungai tersebut maka
pemilik pabrik es dapat menuntut pabrik semen untuk membayar atas tindakannya
yang menyebabkan polusi air sungai. Pembayaran tersebut akan masuk ke dalam
kalkulasi harga semen sehingga pabrik semen mempunyai insentif untuk tidak
menimbulkan polusi terlalu banyak.
Apabila hak milik sungai diberikan pada
pihak penderita polusi (pabrik es) maka pabrik semen akan membayar hak untuk
membang limbah ke sungai. Pihak pabrik es bersedia memberikan hak tersebut
apabila jumlah yang dibayar oleh pabrik semen lebih besar daripada MD (harga
> MD). Pabrik semen bersedia membayar apabila jumlah yang dibayar lebih
kecil daripada MB-PMC (harga < MB-PMC). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam
mengatasi masalah eksternalitas yang penting adalah ketegasan mengenai hak
pemilikan, sebab dengan diketahuinya hak pemilikan secara tegas maka mekanisme pasar akan dapat membuat alokasi
sumber-sumber ekonomi yang efisien siapapun yang mempunyai hak milik, pihak
penyebab polusi atau pihak penderita.
Teori coase mengenai eksternalitas
diatas dapat dilaksanakan hanya untuk masalah-masalah dimana pihak-pihak yang
terlibat jumlahnya sedikit sehingga dapat dilakukan negosiasi antara kedua
belah pihak. Pada umumnya pihak yang tersangkut dalam eksternalitas jumlahnya
besar. Misalnya pada masalah pencemaran air sungai, kenyataannya yang
mencemarkan air sungai jumlahnya banyak sekali selain pabrik-pabrik juga
rumah-rumah penduduk yang membuang sampah ke dalam sungai. Untuk melaksanakan negosiasi, pemilik
sungai harus mampu menghitung jumlah polusi yang dilakukan dan mengenakan denda
polusi kepada setiap orang / pabrik. Selain itu pihak yang terkena akibat
polusi juga banyak sekali baik pabrik maupun orang, sehingga biaya untuk
mengadakn negosiasi menjadi sangat mahal. Teori coase yang sangat baik ini pada
kenyataannya tidak dapat dilaksanakan dalam kenyataan sehari-hari, sehingga
untuk mengatasi masalah polusi diperlukan campur tangan pemerintah.
2). PAJAK PIGOVIAN
Pemerintah dapat memecahkan alokasi
sumber yang lebih efisien dengan mengenakan pajak kepada pihak penyebab polusi
dimana pajak tersebut merupakan pajak perunit. Pajak yang khusus diterapkan
untuk mengoreksi dampak dan suatu eksternalitas negatif lazim disebut sebagai Pajak
Pigovian (Pigowan tax), mengambil
nama ekonom pertama yang merumuskan dan
menganjurkannya, yakni Arthur Pigou (1877-1959).
Penerapan pajak ini diberlakukan untuk setiap ton limbah
yang dibuang oleh pabrik. Misalnya antara pabrik kertas dengan pabrik baja,
pemerintah menerapkan pajak untuk setiap ton limbah yang mereka buang. Besar
kemungkinan salah satu pabrik (misalkan pabrik kertas), lebih mampu (biayanya
lebih murah) untuk menurunkan polusi dibanding pabrik lain (pabrik baja). Jika
keduanya dipaksa menurunkan polusi sama rata, maka operasi pabrik baja akan terganggu.
Namun melalui penerapan pajak, maka pabrik kertas akan segera mengurangi
polusinya, karena hal itu lebih murah dan lebih mudah dilakukan dari pada
membayar pajak, sedangkan pabrik baja, yang biaya penurunan polusinya lebih
mahal, akan memilih membayar pajak saja
sehingga tidak akan menimbulkan inefisiensi bagi pabrik baja. Pada
dasarnya, pajak Pigovian secara langsung menetapkan harga atas hak berpolusi.
Pajak
Pigovian tidaklah sama dengan pajak-pajak lain, dimana kita mengetahui bahwa
pajak pada umumnya akan mendistorsikan insentif dan mendorong alokasi sumber daya
menjauhi titik optimum sosialnya. Pajak
umumnya juga menimbulkan beban baku berupa penurunan kesejahteraan
ekonomis (turunnya surplus produsen dan surplus konsumen), yang nilainya lebih
besar dari pada pendapatan yang diperoleh pemerintah dan pajak tersebut. Pajak
Pigovian tidak seperti itu karena pajak ini memang khusus diterapkan
untuk mengatasi masalah
ekstemalitas. Akibat adanya
eksternalitas, masyarakat harus memperhitungkan kesejahteraan pihak lain. Pajak
Pigovian diterapkan untuk mengoreksi
insentif ditengah adanya eksternalitas, sehingga tidak
seperti pajak-pajak lainnya, pajak Pigovian itu justru mendorong alokasi sumber
daya mendekati titik optimum sosial. Jadi, selain memberi pendapatan tambahan
pada pemerintah, pajak Pigovian ini juga meningkatkan efisiensi ekonomi.
3. PEMBERIAN SUBSIDI
Cara lain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
faktor-faktor produksi karena adanya eksternalitas adalah dengan pemberian subsidi kepada pabrik. Pada parik
yang menimbulkan eksternalitas negatif subsidi diberikan atas setiap unit
barang produksi yang dikurangi produksinya. Apabila pabrik tidak mau mengurangi
produksi, maka untuk setiap unit barang produksi berati pabrik akan kehilangan
subsidi dari pemerintah, sehinggan biaya oportunitas perusahaan adalah biaya
marginal ditambah subsidi yang hilang. Biaya oportunitas tersebut lebih besar
dari penerimaannya, sehingga perusahaan akan mengurangi produksinya.
Pada pabrik yang menimbulkan eksternalitas positif,
pemerintah dapat memberikan subsidi agar pengusaha terdorong untuk untuk
memproduksi barangnya lebih banyak. Pada tingkat produksi yang lebih kecil (OQ1)
dari tingkat produksi optimum (OQ0), MC (marginal cost) >
PMC+subsidi sehingga pabrik tidak bersedia mengurangi produksinya tetapi akan
menambah produksi. Sedangkan pada tingkat produksi optimum (OQ0)
keuntungan marginal sama dengan biaya marginal ditambah subsidi, atau
MB=PMC+subsidi, sehingga akan timbul keseimbangan dimana sumber-sumber ekonomi
dialokasikan secara efisien.
4. PEMBERIAN HAK POLUSI MELALUI
LELANG
Inefisiensi yang timbul karena adanya eksternalitas dapat
diatasi dengan cara lain yaitu dengan pemberian hak untuk menimbulkan polusi
dengan lelang. Perusahaan atau pabrik yang bersedia membayar paling banyak yang
diberi hak polusi pada tingkat polusi yang optimum. Keuntungan dari cara ini
adalah mudah dilaksanakan dalam praktik sehari-hari. Selain itu, akan tercapai
distribusi dari hak polusi yang optimal diantara para pengusaha, dalam arti
pabrik yang mendapat keuntungan terbesar dalam berproduksi dan menimbulkan
polusi adalah pabrik yang memperoleh hak untuk melakukan polusi.
5. PERATURAN
UNTUK MENGATASI EKSTERNALITAS
Pemerintah juga dapat mengeluarkan peraturan bagi pabrik
untuk mengurangi polusi dalam jumlah tertentu, atau akan dihukum apabila melakukan pelanggaran. Kelemahan cara
ini untuk meningkatkan efisiensi pengguna sumber-sumber ekonomi adalah justru
timbulnya inefisiensi apabila terdapat dua pabrik yang menimbulkan polusi.
Misalnya antara pabrik baja dan kertas, jika pemerintah mewajibkan
masing-masing pabrik untuk mengurangi polusi pada tingkat tertentu. Jika setiap
pabrik diwajibkan
untuk mengurangi polusinya dalam jumlah yang sama, padahal
penurunan sama rata, bukan merupakan cara termurah menurunkan
polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap pabrik untuk berpolusi
berbeda-beda. Mungkin pabrik
kertas mampu untuk menurunkan polusi karena biaya penurunan polusinya lebih
murah. Namun bagi pabrik baja penurunan polusi membutuhkan biaya yang lebih
mahal sehingga akan mengganggu jalannya proses produksi. Yang berarti justru
malah akan timbul adanya inefisiensi produksi.
Jadi peraturan pemerintah yang menetapkan jumlah polusi yang
diperkenankan dalam jumlah yang sama untuk semua pabrik akan menyebabkan ada
pabrik yang tidak optimal. Karena adanya perbedaan struktur dan biaya, tingkat
polusi yang ditimbulkan dan juga struktur keuntungan antara pabrik yang satu
dengan pabrik lainnya, maka jumlah polusi yang diperkenankan juga harus
berbeda-beda antara pabrik-pabrik tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas kami dapat
menyimpulkan bahwa Dalam suatu kegiatan ekonomi pastinya terdapat beberapa aktivitas
ekonomi yang kemungkinan dapat menimbulkan yang namanya eksternalitas.
Eksternalitas itu sendiri merupakan
suatu dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh suatu
pelaku ekonomi terhadap pelaku ekonomi lain. Eksternalitas sering disinggung
ketika muncul dampak negatif dari suatu aktivitas ekonomi karena pada dasarnya
dengan adanya eksternalitas pelaku ekonomi mendapatkan kerugian yang harus
ditanggung, hal ini bisa terjadi Karena tindakan pelaku ekonomi lain yang tidak
tercermin dalam harga pasar sehingga menyebabkan eksternalitas dalam dunia
perekonomian.
3.2 SARAN
Mengingat pentingnya mempelajari tentang eksternalitas
dalam dunia perekonomian maka perlu kiranya masalah ini diperhatikan dan
dipahami dengan sebaik-baiknya. Setelah mamahami arti yang sesungguhnya dari
materi eksternalitas ini maka sebaiknya kita sebagai warga masyarakat lebih
peduli dengan hal tersebut selain itu kita juga harus mengetahui semua hal yang
menyangkut tentang eksternalitas baik secara individu maupun kelompok agar
mencapai kesejahteraan yang bersifat umum bagi semua warga Negara.
GAMBAR
ILUSTRASI
Kebakaran
hutan salah satu contoh Menggunakan
prinsip ekonomi agar
Eksternalitas. Tidak
terjadi eksternalitas .
Memperhitungkan
kembali kebutuhan dampak lain dari
eksternaliatas yaitu
yang akan
dibeli untuk mencegah korupsi.
eksternalitas.
DAFTAR PUSTAKA
Frank,
Robert H. 1989. Microeconomics and
Behavior, Forth Edition. Irwin Mc. Graw Hills, New York., diakses pada,
kamis 03 maret 2016
Guritno M. 1991. Ekonomi Publik, Edis Ketiga. BPFE
Yogyakarta. Diakses pada, kamis 03 maret 2016
Mangkoesoebroto, Guritno. 2010. Ekonomi Publik. Edisi Ketiga,
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Samuelson, Paul.A. dan William,
D.Nordhaus .1993. Ekonomi. Edisi Ke
Dua Belas,Jakarta : Erlangga.
Suparmoko.
2001. Ekonomi Publik. Edisi
Pertama,Yogyakarta
N.Gregory Mankiw, Pengantar Teori Ekonomi,
Jakarta: Salemba Empat, 2004, hal 252
Wikipedia.com,
diakses pada 01-03-2015, pukul 15.25
BUKU
REFERENSI
1. Buchanan, James; Wm. Craig
Stubblebine (November 1962). "Externality". Economica 29
(116): 371–384.
2. J.J.
Laffont (2008).
"externalities," The New Palgrave Dictionary of Economics, 2nd Ed. Abstract.
3. Kenneth J. Arrow (1969). "The Organization of Economic Activity: Issues
Pertinent to the Choice of Market versus Non-market Allocations," in Analysis
and Evaluation of Public Expenditures: The PPP System. Washington, D.C.,
Joint Economic Committee of Congress. PDF reprint as pp. 1-16
(press +).
4. Baumol, W. J. (1972). "On
Taxation and the Control of Externalities". American Economic Review
62 (3): 307–322. JSTOR 1803378.
5. Caplan, Bryan (2008). "Externalities". Di David
R. Henderson
(ed.). Concise Encyclopedia of Economics (2nd ed.). Indianapolis: Library of Economics and Liberty. ISBN 978-0865976658. OCLC 237794267.
8. Tullock, G. (2005). Public Goods,
Redistribution and Rent Seeking. Edward Elgar Publishing, Inc. ISBN 1-84376-637-X.
9. Volokh, Alexander (2008). "Externalities". Di Hamowy, Ronald. The Encyclopedia of
Libertarianism. Thousand Oaks, CA: SAGE;
Cato Institute. pp. 162–3. ISBN 978-1-4129-6580-4. LCCN 2008009151. OCLC 750831024.
10. Weitzman, Martin (October 1974). "Prices vs.
Quantities". The Review of Economic Studies 41 (4): 477–491.
doi:10.2307/2296698. JSTOR 2296698
Komentar
Posting Komentar