Materi Opini

OPINI
Oleh : Dini Setyawati
A. PENGERTIAN OPINI
     Definisi Opini dalam Kamus Besar Bahasa indonesia (KBBI) adalah pendapat, pikiran atau pendirian. Opini (Opinion) merupakan persatuan (sintesis) pendapat-pendapat yang banyak didukung oleh narasumber baik setuju maupun tidak setuju. Opini atau pendapat bersifat subjektif dan bersumber dari fakta, jadi tidak mengada-ada atau khayal. Dalam sebuah opini harus didukung argumentasi yang sangat kuat sehingga opini yang kita tulis dapat diterima dikhalayak umum.
B. LANDASAN MENULIS OPINI
      Opini bisa disebut juga dengan wadah untuk mengekspresikan argumentasinya yang kemudian dipaparkan kepada publik. Tujuan dari penulisan opini sendiri adalah untuk mengemukakan pendapat seorang penulis tentang solusi dari masalah yang telah di kemukakan. Jadi, dalam menulis opini kita harus mempunyai landasan. Berikut beberapa landasan yang harus dimiliki seorang penulis :
1. Pengetahuan akan bidang/masalah tertentu
      Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang memang layak bagi dia untuk diketengahkan kepada masyarakat. Ini bekal utama seorang penulis opini.
2. Ide dan Gagasan
   Ide merupakan barang termahal yang dimiliki penulis  -apa pun dan siapa penulis itu. Ide bisa tumbuh dari mana pun. Penulis yang terlatih tidak pernah kehabisan ide untuk menulis opini. 
3. Argumentasi gagasan
   Argumentasi penting karena di sinilah pembaca akan mengetahui ”kadar” keilmuan seorang penulis opini. Semakin kuat dan logis argumentasi yang ditampilkannya, maka akan semakin memperkuat gagasan yang ditulisnya.
4. Pengetahuan Bahasa
    Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya terletak pada penggunaan bahasa. Penulis opini dari latar belakang ilmiah harus belajar untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti masyarakat, sehingga bahasa yang ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti. Penulisan  opini di media massa berbeda dengan penulisan di media ilmiah. Pembaca media massa sangat beragam. Karena itu, penulisan opini di media massa harus memakai bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan yang tidak panjang, enak dibaca,  dan gampang dicerna.
5. Pengetahuan Tentang Media Massa.
  Pengetahuan tentang media massa merupakan hal penting yang perlu diketahui penulis opini agar tulisannya bisa dimuat. Dengan mempelajari sebuah media massa, penulis opini akan bisa melihat media massa itu. misalnya, apakah memberi perhatian kepada masalah-masalah yang digeluti sang penulis opini itu atau tidak. Surat kabar kompas, misalnya: cenderung untuk memberi tempat kepada opini dalam bidang apapun. Dengan pengetahuan seperti ini, maka seorang penulis tahu, kemana tulisan yang dibuatnya akan dikirim.
C. BENTUK-BENTUK OPINI
    Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari sebuah argumentasi mengenai suatu masalah yang memerlukan solusi. Argumentasi atau opini  tersebut pada dasarnya  berbeda-beda dan memiliki beberapa bentuk dalam penyampainnya yaitu:
1. Opini Perorangan, yakni opini yang dikemukakan seseorang kepada orang lain secara terbuka dan sedang berada dalam kelompok baik formal maupun non formal.
2. Opini Pribadi, yaitu opini yang dikemukakan seseorang kepada orang lain yang keduanya memiliki hubungan yang dekat dan saling percaya serta, didalamnya mengandung unsur intimidasi/keakraban.
3. Opini Publik, yaitu persatuan pendapat yang timbul dari sekelompok orang yang sedang berkumpul membahas tentang isu kontroversial.
4. Opini/pendapat umum, adalah opini yang dihasilkan oleh suatu lembaga pengumpulan pendapat umum tentang suatu isu.
5. Opini Khalayak, pendapat yang sudah menetap/mengendap dalam masyarakat, telah diengaruhi oleh berbagai norma budaya dan bersifat statis (Sastropoetro, 1990:1-3).
D. KEVALIDAN OPINI
1. Ada imbuhan peristiwa
   Seperti berita, opini pun memerlukan imbuhan peristiwa. Tujuan agar opini ini relevan dengan yang sedang terjadi atau dibicarakan masyarakat. Semakin ada adanya imbuhan peristiwa maka, kemungkinan opininya dimuat akan semakin besar, peristiwa ini bermacam-macam. Bisa peristiwa yang tidak diduga, atau juga peristiwa yang sudah direncanakan pasti terjadi. Misalnya, menyambut tahun ajaran baru (tentang pendidikan atau kemahasiwaan), peringatan ulang tahun lembaga/peristiwa tertentu, dll.
2. Cari Angle Menarik 
  Angle merupakan hal penting yang menajamkan opini penulis satu dengan penulis lain. Nasehat untuk ini: carilah angle yang paling berbeda, unik, dan mungkin orang tidak terpikirkan. Misalnya, kerugian apa yang akan dialami para mahasiswa jika mereka tidak memiliki pengalaman ikut kegiatan kampus.
3. Eksplorasi gagasan dan argumentasi
    Inilah argumentasi yang harus dibangun dan dimiliki penulis untuk menguatkan opininya. Untuk membangun argumentasi ini, penulis opini bisa menyodorkan data atau contoh-contoh peristiwa..
4. Tidak Menggurui
   Isi tulisan opini mesti dihindarkan sejauh mungkin dari kesan menggurui, juga mengesankan penulisnya ”menampilkan,” kepintarannya. Salah satu cara agar tulisajn opini tidak menggurui, antara lain, jangan terlalu banyak menampilkan kutipan atau sumber-sumber literatur. Lebih baik penulis menampilkan contoh yang muncul sehari-hari dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, syarat lainnya: baca ulang opini tersebut berkali-kali.
5. Tidak memprovokasi
 Menulis opini berarti berbagi pendapat dan wawasan kepada orang lain. Oleh Karen itu pembaca sendirilah yang akan memutuskan untuk menyetujui atau sepakat dengan penulis. Karena itu, penulis sama sekali tidak perlu menggunakan kalimat yang dapat mempengaruhi pembaca.
6. Menyertakan data
  Menyampaikan kritik dan saran tanpa disertai data yang benar sama saa dengan menyebarkan fitnah. Karena itu, penulis opini tidak hanya menuliskan pendapatnya semata tetapi juga perlu menyertakan data untuk mendukung pendapatnya tersebut. Sehingga opini yang kita tulis menjadi semakin kuat.
E. STRUKTUR PENULISAN OPINI
  Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan di media ilmiah. Pembaca media sangat beragam. Karena itulah, penulisan di media massa harus memakai Bahasa yang komunikatif dan ringkas. Agar pembaca mudah memahami dan nyaman dalam membaca sang penulis harus menggunakan struktur umum penulisan opini. struktur tersebut yaitu: 
1. Judul (Head)
2. Nama Penulis (by line)
3. Alinea Pembuka (Opening)
4. Pengait (Bridge)
5. Isi tuisan (Body)
6. Alinea Penutup (Closing)
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN OPINI
   Dalam proses pembuatan opini diperlukan beberapa prosedur agar memudahkan sang penulis. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Tentukan Tema
  Pilihlah tema yang sedang diperbincangkan, actual, baik di media massa maupun di masyarakat.
2. Tentukan sudut pandang
  Pilihlah sudut pandang yang menarik dan berbeda dari yang lainnya. Karena dari sinilah awal dari sebuah opini akan lebih berbobot dan akan membuat pembaca penasaran akan isi dari opini tersebut.
3. Membaca, Mencari data dan Fakta.
  Dengan membaca buku, membaca keadaan dan lingkunganmaka akan mempermudahkan kita dalam mengumpulkan data dan fakta. Selain itu, juga membantu menambah kosa kata kita sebagai bahan untuk penulisan.
4. Mulai Menulis
   Kalimat pembuka bisa berupa berita yang sedang aktual yang menjadi topik tulisan. Bisa juga diawali dengan pro dan kontra seputar topik yang kita angkat. Lalu mulailah dengan pendapat kita, apakah kita setuju dengan pendapat yang berkembang di masyarakat atau sebaliknya.

CONTOH OPINI :

Sulitnya mempertahankan tradisiku !
Oleh
Dini Setyawati
      Tahun demi tahun telah berlalu begitupun dengan sebuah kebiasaan yang kini mulai tergeser. Menyorot kesebuah desa yang kini mulai meluntur kebisaanya, yaitu desa Ranu Pani, Lumajang. Kebiasaan yang dulu sangat melekat dan dipegang erat kini mulai meredup karena perkembangan zaman. Masyarakat sekitar tanpa menyadari bahwa selama ini telah melupakan sebuah kebiasaan dari sukunya sendiri. Gegenian, Sarungan dan wanita sesepuh yang merokok adalah beberapa tradisi di desa Ranu pani ini.            Kebiasaan menghangatkan tubuh (gegenian) kini mulai meluntur, akibat dari adanya kebiasaan baru yang muncul tanpa mereka sadari seperti ada salah satu rumah warga yang tidak memiliki tungku. Apabila hal ini diabaikan, apa yang terjadi pada masa yang akan datang?
  Menjadi sebuah pertanyaan besar yang sampai detik ini belum terjawab. Mereka sendiri merasa kebingungan dengan apa yang sudah terjadi sehingga bersikap tak acuh terhadap masalah ini. Sebenarnya bukan dilihat dari kehangatannya saja namun hal ini merupakan sebuah tradisi yang sepatutnya tidak dilupakan. Pengertian dari Gegenian sendiri itu sebuah api yang dinyalakan menggunakan bahan dasar kayu dan sekaligus berada didepan tungku. Jadi setiap rumah di desa ini sebenarnya diwajibkan mempunyai tungku di dapur, walaupun tungku tersebut tidak digunakan untuk memasak sepenuhnya.
     Tujuan dari adanya Gegenian ini yakni untuk bertamu dan mempererat hubungan di masyarakat. Hal inilah yang sangat membedakan desa  Ranu Pani ini dengan desa lain. Jika didesa lain bertamu diruang tamu maka didesa ini bertamu didapur sambil menghangatkan tubuh. Namun ada juga rumah yang tidak ada tungkunya, padahal ini menunjukan bahwa kebiasaan ini tidak dilakukan  oleh semua warga (bergeser). Hal inipun sama dengan kebiasaan warga sarungan yang bertujuan untuk mengahangatkan juga. Tetapi Disi lain, ada beberapa warga laki-laki yang tidak mengenakan  sarung. Padahal yang namanya sebuah kebiasaan pasti akan dipakai dimanapun mereka berada. Seperti pemuda yang lebih memilih menggunakan jaket daripada menggunakan sarung. Hal ini dikarenakan, lebih simple dan lebih mudah dipakai. Lagi-lagi kebiasaan mulai meluntur tanpa sadar. Seperti apa yang dituturkan Mulyadi (35) “ mau pakai sarung atau tidak sama aja”. Nah, nampak jelaslah dari ungkapan tersebut bahwa tidak ada sifat kepedulian antar sesama warganya. Seharusnya kebiasaan ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi warga, karena kebiasaan ini dibilang unik sesuai dengan kondisi alam sekitar dan tetap menjadi tradisi warga menjaga kebiasaan disuku Ranu Pani ini. 
   Berikutnya, kebiasaan yang dilakukan oleh wanita sesepuh yaitu Rokokan. dimana fungsi dari Rokokan  itu sendiri tidak lain untuk menghangatkan tubuh dan akan terus dilakukan karena mereka sudah terbiasa. Terlihat sesekali mereka menerapkan kebiasaan ini. Namun kenyataanya, rokokan mulai tidak diterapkan oleh semua wanita sesepuh melainkan cuma beberap saja. Sudah sepantasnya semua warga menengok kebelakang melihat bagaimana dulu melekatnya kebiasaan ini. Bukan keadaan seperti ini yang diharapkan tapi apalah daya kekompakkan tak selalu tepat untuk diterapakan. “ sulit sekali menyatukan mereka (warga) karena sifatnya egois”. ungkap Binyamin (43).
   Selaku kepala desa sendiri Binyamin menyampaikan bahwa harapan yang sangat diinginkan begitu banyak, namun yang terpenting semua warga bisa bekerjasama membenahi keadaan yang seperti ini. Tujuan yang kelak ingin dicapai tidak luput dari sebuah kata kesejahteraan. Dimana mereka tetap  memegang erat kebiasaan yang ada sehingga Ranu Pani tetap terkenal dengan kebiasaan gegenian, sarungan dan rokokanya. 

DAFTAR PUSTAKA :
https://catatanbaskoro.wordpress.com/2013/10/13/jurnalisme-cara-menulis-opini






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Bimbingan Dan Konseling

Contoh Bisnis Plang (Uasaha Jamur Krispi)

Materi Ekonomi Publik (Eksternalitas)