Materi Teori Perkembangan Peserta Didik
Dini Setyawati | 150401020027
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Progam Studi Pendidikan Ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Teori perkembangan adalah
teori yang memfokuskan pada perubahan-perubahan dan perkembangan stuktur
jasmani (biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap
kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematiannya. Mempelajari
teori-teori perkembangan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam
memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap
perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan
cara pendekatan biologis, lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori
perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan
hidup kita sendiri (sebagai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut).
Lebih dari itu Teori perkembangan juga sangat berguna bagi pengambilan
kebijaksanaan dalam merumuskan program dan bantuan bagi anak-anak dan remaja.
Seiring dengan perkembangan masyarakat temporer yang ditandai oleh
perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi kehidupan
individu, teori perkembangan semakin dirasakan kegunaannya oleh
masyarakat. Masyarakat makin menyadari betapa individu (anak-anak, remaja, dan
bahkan orang dewasa) yang hidup pada era modern sekarang ini berada pada
masa-masa yang sulit. Menghadapi individu yang berada dalam masa-masa
sulit, oleh karena itu sangat dibutuhkan pemahaman tentang teori
perkembangan.
Dalam kehidupan ini dari waktu ke
waktu peserta didik mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam fisik atau
psikologisnya. Dimana dalam kehidupan sehari-hari perkembangan fisik lebih
dikenal dengan sebutan pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya (non fisik)
dinamakan perkembanga psikologis. Perkembangan
peserta didik dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan tertentu yang muncul
pada diri peserta didik. Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan dibahas
mengenai teori-teori perkembangan perkembanagan peserta didik tersebut. Sehingga
dengan dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau guru dalam
memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
Sehingga ketika besok kita sudah
menjadi guru atau orang tua tidak salah dalam mendidik atau menanggapai tingkah
laku anak didik atau anak kita sendiri. Karena banyak kasus yang salah dalam
pengambilan tindakan yang dilakukan guru atau orangtua terhadap anak didiknya
atau anaknya sendiri. Yaitu salah dalam hal memahami keinginan atau tindakan
“super” (anak berkebutuhan khusus) dari peserta didik atau anak kita sendiri.
Disuatu kesempatan kita tidak
menghambat langkah dari anak-anak tersebut. Yaitu ketika anak sudah pintar
berlari kita malah baru mengajarinya berjalan. Oleh sebab itu para peserta
didik harus memahami perkembangan peserta didik sehingga dapat berusaha secara
optimal untuk mengembangkan peserta didik mereka.
1.1
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan teori perkembangan?
2. Apa saja teori-teori perkembangan?
3. Apakah
lingkungan dan suasana mempengaruhi teori perkembangan?
1.2
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian teori perkembangan.
2. Untuk mengetahui apa saja teori perkembangan.
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan dan
suasana terhadap perkembangan.
1.3
BATASAN MASALAH
Ruang
lingkup dan keterbatasan penulisan makalah ini adalah menjelaskan tentang
pengertian perkembangan, teori-teori perkembangan, dan pengaruh lingkungan
dan suasana terhadap perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Apa
sebenarnya pengertian perkembangan itu? Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam artian biasa memang hampir
sama. Keduanya dapat diartikan adanya perubahan dari keadaan sesuatu kekeadaan
yang lain. Namun pada istilah pertumbuhan dititik beratkan pada perubahan
fisik, sedangkan istilah perkembangan digunakan kalau lebih menekankan pada
perubahan psikis.
Sebagaimana Monks dkk. menuliskan
istilah pertumbuhan khusus dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran-ukuran
badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan istilah perkembangan lebih dapat
mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala psikologi yang nampak dan tidak dapat disangkal bahwasannya
pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembamngan psikis, karena keduanya memang
tidak dapat dipisahkan.
Dalam
penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat perbedaan di dalam memahami apa
yang termasuk dalam perkembangan dan mengenai cara perkembangan berlangsung.
Namun terdapat beberapa prinsip umum yang didukung hampir semua ahli, yaitu :
a.
Manusia berkembang dalam tingkat yang berbeda
Dalam
kelas anda akan memiliki seluruh benangan contoh mengenai tingkat perkembangan
yang berbeda. Beberapa siswa akan lebih besar, terkoordinasi lebih baik, atau
lebih dewasa dibanding dengan yang lainnya.
b. Perkembangan
relatif runtut
Orang
cenderung mengembangkan kemampuan tertentu sebelum kemampuan yang lain.
c.
Perkembangan berjalan secara gradual
Sangat jarang
perubahan terjadi setiap hari. Jadi di dalam perkembangan manusia membutuhkan
waktu dan perkembangan itu berjalan relatif sangat lambat dan tidak setiap hari
berlangsung.
2.2 TEORI-TEORI
PERKEMBANGAN
2.2.1. Teori Perkembangan Kognitif
Piaget
adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan
makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya
dan makin meningkat pula kemampuannya.
Menurut
Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat
hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang
tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :
a. Tahap sensorimotor (umur 0-2
tahun)
Tahap
Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
1. Melihat
dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
2. Mencari
rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3. Suka
memperhatikan sesuatu lebih
lama.
4. Mendefinisikan
sesuatu dengan memanipulasinya.
5. Memperhatikan
objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b. Tahap
preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2-7/8
tahun. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol
atau bahasa tanda dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini
dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu
menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat
sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik
tahap ini adalah:
1. Self counter nya sangat menonjol.
2. Dapat mengklasifikasikan objek pada
tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
3. Mampu mengumpulkan barang-barang
menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
4. Dapat menyusun benda-benda secara
berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
c. Tahap operasional konkret (umur 7 atau
8-11 atau 12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap
ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan
ditandai adanya reversible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi
hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk
memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya
kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga
tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat
kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model
"kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat
menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani
sistem klasifikasi.
d. Tahap operasional formal
(umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap
ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan
pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan
kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
Untuk jelasnya dibawah ini adalah tabel perkembangan
kognitif versi Piaget :
Tingkat
|
Usia yang sesuai
|
Karakter
|
Sensomotor
|
0-2 tahun
|
Mulai menggunakan imitasi (meniru), memori dan pikiran
mulai mengetahui bahwa objek tidak sirna ketika hilang, berubahnya dari
tindakan refleks menuju tindakan yang terarah
|
Pra-Operasional
|
2-7 tahun
|
Mulai berkembangan bahasa dan kemampuan berpikir dengan
bentuk simbolis
Mampu memikirkan operasi secara logis
Memiliki kesulitan mengetahui sufut pandang orang lain
|
Operasional Konkrit
|
7-11 tahun
|
Mampu memecahkan masalah-masalah konkrit dengan cara logis
Memahami hukum perlindungan
|
Operasional Formal
|
11-15 tahun
|
Mampu memecahkan masalah abstrak dengan cara logis
Pemikiran menjadi lebih ilmiah
Mengembangkan terhadap isu-isu sosial
|
2.2.2 Teori
Perkembangan Humanistik
Humanisme lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya
pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat
kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.
Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik
beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu
dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk
diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Abraham Maslow dan
Carl Rogers adalah tokoh pencetus teori humanistic :
Teori Maslow menjelaskan bahwa
perbedaan individu terletak pada motivasinya, yang tidak selalu stabil sepanjang kehidupan. Lingkungan hidup
yang traumatic atau kesehatan yang terganggu dapat menyebabkan individu mundur
ke tingkat motivasi yang lebih rendah. Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Maslow Berfokus pada individu
secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan
daripada sekedar penyakit dan masalah.
Carl Rogers adalah seorang psikolog
yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client
centered) (Clifford 1986). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan
pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan
pendekatan Freud, Namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena
Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata
lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup
alamiah, sementara, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai
penyimpangan dari kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada suatu
“daya hidup” yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan
aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri
makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal
mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi
ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya.Dari dorongan tunggal
inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan
oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan
akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya. (George 2008). Meskipun teori yang dikemukan Rogers
adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat
humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai
berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person
centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang
berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada
kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person
centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
2.2.3 Teori Perkembangan
Nativisme
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan)
yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak
dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri
anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu
semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau
ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Tokoh
utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860).
Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari
Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati
diri manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip
orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada
orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan
dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
2.2.4 Teori
Perkembangan Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat
menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya
memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada
pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu
menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia
yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi
bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak
tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939),
seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak
dilahirkan di dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat
yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya
dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi seorang anak
yang memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang
mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti
bahwa dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang
pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
2.2.5 Teori Perkembangan Biologis Peserta
Didik
Menurut
Sigmund Freud ,seorang ahli psikologi yang mengejutkan dunia dengan teori
perkembangan psikoseksual (Theory
of Psychosexual Development) yang diterbitkan pada tahun 1905,memuat
bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan
bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami keterkaitan dan kebutuhan.
Sigmund menyatakan bahwa perkembangan peserta didik 10 dimulai dari lahir sampai kira-kira umur 5
tahun melewati fase yang terdirferensasi secara dinamik,dinamika mulai
bergejolak lagi ketika masa pubertas datang sampai berumur 20 tahun lalu
berlanjut pada masa kematangan.
Untuk lebih jelas dapat dicermati dalam
tabel berikut :
Umur
(tahun)
|
Fase
Perkembangan
|
Perubahan Perilaku
|
0,0 –
1,0
|
Masa
Oral
|
Mulut
merupakan daerah pokok aktivitas dinamik
|
1,0 –
3,o
|
Masa
Anal
|
Dorongan
dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan kotoran
|
3,0 –
5,0
|
Masa
Felis
|
Alat
kelamin merupakan daerah erogen terpenting
|
5,0 –
13,0
|
Masa
Laten
|
Impuls-impuls
cenderung terdesak dan mengendap dalam bawah sadar
|
13,0
– 20,0
|
Masa
Pubertas
|
Impuls-impuls
mulai menonjol dan muncul kembali. Apabila bisa dipindahkan dan
disublimasikan oleh das ich dengan baik maka ia bisa sampai
pada masa kematangan.
|
20,0
ke atas
|
Masa
Genital
|
Telah
menjadi manusia dewasa dan siap terjun dalam kehidupan masyarakat luas.
|
2.2.7 Teori
Perkembangan Intelektual Peserta Didik
Jean
Piaget seorang tokoh yang sangat penting dalam bidang psikologi perkembangan.
Dalam teori perkembangan intelektual, Piaget mengemukakan tahap-tahap yang
harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses
berfikir formal. Perkembangan intelektual peserta didik melalui tahapan di mana
setiap tahap perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi
ilmu pengetahuan. Berikut
empat tahap perkembangan menurut Jean Piaget :
Umur
(tahun)
|
Fase
perkembangan
|
Perubahan
perilaku
|
0,0 –
2,0
|
Tahap
Sensori Motor
|
Kemampuan
berfikir baru melalui gerakan atau perbuatan,perkembangan panca indra sangat
berpengaruh,keinginan terbesar adalah untuk menyentuh atau memegang.
|
2,0 –
7,0
|
Tahap
Pra-operasional
|
Kemampuan
skema kognitif masih terbatas,suka meniru oranglain,mulai mampu menggunakan
kata-kata yang benar,dan mampu mngekspresikan kalimat pendek secara efektif.
|
7,0 –
11,0
|
Tahap
Operasional Kongkrit
|
Mulai
memahami aspek-aspek kumulatif materi,memiliki kemampuan berpikir sistematis
mengenai benda dan peristiwa yang konkret.
|
11,0
– 14,0
|
Tahap
Operasional Formal
|
Telah
memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif,mampu
menyelesaikan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan
lingkungan.
|
2.2.8 Teori
Perkembangan Sosial Peserta Didik
Ciri
yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah ciri
sosialnya. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Salah
seorang tokoh psikologi perkembangan yang merumuskan teori perkembangan sosial
peserta didik adalah Erik Erikson.
Berawal dari teori tahap-tahap psikoseksual
Sigmund Freud,Erikson lebih menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial
yang disebut Theory of Psychosocial Development di mana
ia membagi menjadi delapan tahapan,sebagai berikut :
Umur
(tahun)
|
Fase
Perkembangan
|
Perubahan
Perilaku
|
0,0 –
1,0
|
Trust vs Mistrust
|
Tahap
pengembangan rasa percaya diri pada oranglain. Fokus terletak pada panca
indra.
|
2,0 –
3,0
|
Autonomy vs Shame
|
Masa
pemberontakan anak,tidak dapat dicegah begitu saja karena sedang
mengembangkan motorik dan kognitif. Sangat terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya.
|
4,0 –
5,0
|
Inisiative vs Guilt
|
Banyak
bertanya,mengalami perkembanngan ide,mengenali identitas diri. Penting,karena
umumnya anak mulai merasakan secara psikologis pengaruh jenis kelamin.
|
6,0 –
11,0
|
Industry vs Inferionity
|
Sudah
bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah,termotivasi untuk belajar,namun punya
kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.
|
12,0
– 18/20
|
Ego-identity vs Role on fusion
|
Ingin
mencari identitas diri,mulai ingin tampil memegan peran-peran sosial di masyarakat.
Namun belum bisa memisahkan tugas dan peran yang berbeda.
|
18/19
– 30,0
|
Intimacy vs Isolation
|
Siap
menjalani hubungan yang intim dengan oranglain,berumah tangga dengan
pilihannya.
|
31 –
60
|
Generativity vs Stagnation
|
Munculnya
kepedulian yang tukus terhadap sesama saat memasuki usia dewasa.
|
60 ke
atas
|
Ego Integrity vs Putus asa
|
Mulai
mengembangkan integritas dirinya.
|
2.2.9
Teori Perkembangan Moral
Teori ini
berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai
enam tahapan perkembangan yang
dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring
penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan
moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg
memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan
moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut
selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis
dari penelitiannya.
Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema
moral dalam penelitiannya dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan
menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan
moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon
yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut
dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional dan
pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan
konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih akurat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat
sebelumnya.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg
dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan
pasca-konvensional. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk
suatu Teori perkembangan kognitif, adalah
sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian,
tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu.
Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki
perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya.
2.2.10 Teori Perkembangan
Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya menjelaskan
hakekat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam
teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-spek
psikologi tersebut yang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dini. Para teoritisi
psikodinamik percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan
dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau impuls-impuls
individual yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-pengalaman sosial dan
emosional mereka. Perkembangan seorang anak terjadi pada serangkaian tahap.
Pada masing-masing tahap anak mengalami konflik-konflik internal yang harus
diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya. Teori Psikodinamika dalam
psikologi perkembangan banyak dipengaruhi oleh Sigmund Freud dan Eric Erikson.
Kelemahan teori ini adalah tidak dapat
dibuktikan secara empiris. Teori ini menitik beratkan pada perkembangan
sosio-afektif. Bila data teori ini seksualitas menduduki tempat yang utama
perlu diketahui juga bahwa libido dan agresi (sebagai pernyataan nafsu mati)
lalu berjalan bersama-sama. Jadi kalau seksualitas ditekan karena norma
pendidikan orang tua, maka agresi akan ditekan juga. Hal ini mempunyai pengaruh
yang menentukan bagi perkembangan kepribadian anak.
Mengenai perkembangan pada anak
sendiri dapat di jelaskan sebagai berikut, yaitu :
A. Perkembangan Psikoseksual / Psikoanalitis
Sigmund Freud berfikir bahwa
kepribadian orang dewasa ditentukan oleh cara-cara mengatasi konflik antara
sumber-sumber kesenangan oral, anal, alat kelamin, serta tuntutan-tuntutan
realitas. Bila konflik ini tidak diatasi, individu dapatmengalami perasaan yang
mendalam pada tahapan perkembangan sikoseksual tertentu.
Teroi Psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya
pengalaman masa kanak-kanak awal dan motivasi dibawah sadar dalam mempengaruhi
perilaku. Freud berpikir bahwa dorongan seks dan instink dan dorongan agresif
adalah penentu utama dari perilaku, atau bahwa orang bekerja menurut prinsip
kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian
tersusun dari tiga komponen, yaitu: id, ego dan superego.
1)
Id, merupakan aspek
biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur bilogis, termas di dalamnya
dorongan-dorongan dan impuls-impuls instinktif yang lebih dasar .
2)
Ego, merupakan aspek
psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan
organisme untuk
berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara
kebutuhan instinktif organisme dengan keadaan lingkungan.
3)
Superego, adalah aspek
sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan
cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya
melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian utama superego adalah
memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak
sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
2.2.11 Teori Perkembangan Psikoanalitik
Eric Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai
pengembangan teori psikoanalisis dari Freud. Di dalam teori psikososial
disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama siklus hidupnya, dibentuk
oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang
secara fisik dan psikologis. Secara umum inti dari teorinya adalah :
1.
Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
2.
Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
3.
Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologis.
4.
Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan
menyatu.
5.
Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
6.
Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase,
dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
Prinsip-prinsip pertumbuhan dan
perkembangan :
1.
Tumbang manusia akna berjalan sesuai
dengan yang diprediksikan, berkelanjutan
dan berurutan.
2.
Tumbang neuromuskular mengikuti /
sesuai dengan pola cephalo-caudal atau
proximodistal
3.
Setiap perkembangan terkini adalah
diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas
perkembangan yang sebelumnya, dan
sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau
menurun selama periode kritis.
5. Pola tumbang setiap individu berbeda
tergantung genetik. Lingkungan yang
mempengaruhi selama masa kritis.
Teori
perkembangan yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang
memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Erik erikson menyimpulkan bahwa
perkembangan anak itu mengalami delapan tahap dan setiap tahapnya menawarkan
potensi kemajuan dan potensi kemunduran (Human Development;1978).
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian
diatas kami dapat menyimpulkan bahwa teori perkembangan sangat penting bagi
peserta didik. Dengan adanya materi yang kami sajikan ini para guru dan orang
tua lebih memperhatikan perkembangan anak atau peserta didik.
Secara
Teori biologi merupakan studi tentang perkembangan perilaku evolusi
spesies dalam lingkungan alamiahnya, Teori lingkungan memberikan tekanan pada
sistem lingkungan, dan berinteraksi dengan lingkungan. Dengan adanya
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga
menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu.
3.2 SARAN
Mengingat
pentingnya mempelajari tentang perkembangan dalam dunia
pendidikan maka perlu kiranya masalah ini diperhatikan dan
dipahami dengan sebaik-baiknya. Dengan
adanya makalah ini kami menyarankan kepada pembaca agar dapat mengetahui arti
penting dari perkembangan, sehingga dapat mengarahkan perkembangan yang
didasarkan pada perkembangan yang lebih baik, lingkungan
dan suasana serta interaksi.
GAMBAR ILUSTRASI
Contoh Siklus perkembangan
Fase perkembangan
Teori Kebutuhan Maslow
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Thomas. 2003. Sekolah
Para Juara. Primagama :Bandung
Anonim. “Teori Piaget Tentang
Perkembangan Kognitif”. Online. http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/teori-piaget-dan-vygotsky/.
Komentar
Posting Komentar