Materi Ekonomi Pembangunan
Dini Setyawati | 150401020027
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Progam Studi Pendidikan Ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Elastisitas
menggambarkan reaksi kepekaan produsen yang disebabkan adanya perubahan harga
faktor input yang mempengaruhi produsen untuk menggunakannya. Misalnya, sejauh
mana produsen apabila harga ( upah ) tenaga kerja meningkat. Bilangan yang
menunjukkan besarnya persentase perubahan reaksi pada produsen ( untuk membeli
sejumlah tenaga kerja tertentu ) dibanding persentase perubahan tingkat upah
penggunaan faktor input tenaga kerja yang mempengaruhinya.
Usaha
kecil menengah merupakan suatu potensi yang sangat besar di mana asih dapat
dikembangkan, baik dalam hal produktivitas maupun daya saing. UKM tidak
terlepas dan ikut terkena dampak dari gejolak pasar dan kehancuran sistem
perbankan. Akan tetapi, sebagian besar UKM ternyata cukup berhasil menyesuaikan
diri dengan lingkungan ekonomi yang berubah cepat.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam materi ini hal
yang akan dibahas adalah :
1. Apa
Elastisitas Produksi itu ?
2. Bagaimana
penentuan kombinasi input optimal ?
3. Bagaimana
metode analisis elastisitas kesempatan kerja
?
4. Bagaimana
perluasan kesempatan kerja ?
5. Bagaimana
strategi pembangunan ekonomi daerah di era otonomi ?
6. Bagimana
kebijakan pengembangan komoditi unggulan di era otonomi ?
7. Bagaimana
kebijakan mengatasi kewirausahaan daerah yang masih rendah ?
8. Bagaimana
penanganan usaha kecil ?
9. Bagaimana
strategi pengembangan industri kecil ?
10. Bagaimana
pengembangan ketenagakerjaan Budidaya tanaman tomat ?
11. Bagaimana
Pemberdayaan ukm tidak
hanya bantuan modal ?
12. Bagaimana
manajemen terpadu pengembangan industri kecil sudah saatnya dibentuk?
13. Bagaimana
pengembangan jaringan ekonomi pedesaan ?
C.
Tujuan
Pembahasan
Dalam pembahasan ini,
hal yang akan dicapai adalah :
1. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Apa Elastisitas Produksi
2. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana penentuan kombinasi input
optimal
3. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana metode analisis elastisitas
kesempatan kerja
4. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana perluasan kesempatan kerja
5. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana strategi pembangunan ekonomi
daerah di era otonomi
6. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagimana kebijakan pengembangan
komoditi unggulan di era otonomi
7. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana kebijakan mengatasi
kewirausahaan daerah yang masih rendah
8. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana penanganan usaha kecil
9. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana strategi pengembangan industri
kecil
10. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana pengembangan ketenagakerjaan
Budidaya tanaman obat
11. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana Pemberdayaan ukm
tidak hanya bantuan modal
12. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana manajemen terpadu
pengembangan industri kecil sudah saatnya dibentuk
13. Mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mengetahui Bagaimana pengembangan jaringan
ekonomi pedesaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
ELASTISITAS
PERMINTAAN TENAGA KERJA
Elastisitas adalah persentase perubahan
variable bebas dibandingkan presentase perubahan variable tidak bebas. Dalam
konteks ini dapat dicontohkan hubungan antara biaya perusahaan yang dimiliki
dan permintaan tenaga kerja. Bila anggaran peruahaan naik maka permintaan
tenaga kerja akan tenaga kerja langsung berkaitan dengan proses poduksi naik
pula.
Elastisitas
permintaan tenaga kerja pada kurva permintaan yang menurun dari kiri atas
kekanan bawah akan beda-beda dan bernilai negatif. Tetapi dalam mengukur
elastisitas biasanya diambil nilai mutlak sehingga nilai elastisitas paling
kecil nol dan paling besar tak terhingga. Nilai elastisitas titik dari suatu
fungsu permintaan dapat diperoleh tanpa harus menggunakan rumus elastisitas
melainkan menggunakan metode grafik dan kurva.
2.1.1
ELASTISITAS
PRODUKSI
Elastisitas
produksi adalah prosesntase perubahan dalam penggunaan input dibagi presentase
perubahan dalam RTS (Return Of
Scale). Kegiatan produksi jangka
panjang adalah situasi produksi dimana semua faktor produksi termasuk tenaga
kerja dapat berubah dan perusahaan hanya bersedia memproduksi diantara
garis-garis tembering. Semua produk batas adalah positif untuk memproduksi
suatu tingkat output tentu dengan menggunakan dua macam input ditunjukkan
dengan kurva isoquant dan pengeluaran
perusahaan disebut isocost. Isocost adalah
kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi yang berbeda dari dua faktor
produksi, yang dapat dibeli dengan pengeluaran total dan harga faktor-faktor
produksi tertentu.
2.1.2
PENENTUAN
KOMBINASI INPUT OPTIMAL
Penggunaan
faktor produksi tenaga kerja dan kapital menjadi optimal saat digunakan
kombinasi input minimun, yang dikenal dengan the least Cost Technique (LCT). LCT adalah kombinasi penggunaan
input yang menggunakan biaya produksi minimum dalam menghasilkan output.
Produsen berada dalam keseimbangan bila memaksimumkan outputnya dengan
pengeluaran total tertentu. Produsen mencapai isoquant yang tertinggi dengan isocost
tertentu. Hal ini berati bahwa keseimbangan marginal produk rupiah terakhir
yang dibelanjakan untuk faktor produksi X sama dengan marginal produk rupiah
terakhir ynag dibelanjakan untuk faktor produksi Y. Unutk mencari kombinsia
biaya mnimum, diperlukan dua informasi pokok yaitu:
a.
Tingkat subtitusi
marginal dari input X1 dan X2, menunjukkan tingkat kemiringan atau slopeisowan
b.
Perbandingan antara
harga input X2 terhadap harga input X1 adalah merupakan tingkat kemiringan atau
slopeisocost.
2.1.3
METODE
ANALISIS ELASTISITS KESEMPATAN KERJA
Elastisitas
merupakan ukuran derajat kepekaan jumlah permintaan akan sesuatu terhadap
perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Elastisitas permintaan akan tenaga kerja
diartikan sebagai persentase perubahan permintaan akan tenaga kerja sehubungan
dengan perubahan permintaan akan tenaga kerja yang disebabakan dengan perubahan
satu persen pada tingkat upah.
Besar kecilnya elastisitas
tergantung pada empat faktor:
1. Kemungkinan
subtitusi tenaga kerja dengan faktor poduksi yang lain misalnya modal
2. Elastisitas
permintaan terhadap barang yang dihasilkan
3. Proporsi
biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi pelengkap lainnya.
4. Elastisitas
persediaan faktor produksi pelengkap lainnya
Elastisitas
permintaan akan tenaga kerja tergantung dari elastisitas penyedediaan dari
bahan-bahan pelengkap dalam produksi misalnya modal,tenaga listrik,bahan mentah
dan lain-lain. Adanya usaha pembangunan ekonomi nasional biasanya pada beberapa
sektor mengalami pertumbuhan yang berbeda sebagai terdapat mengalami
pertumbuhan pesat dan sebgainya mengalami pertumbuhan lambat sehingga kemampuan
tiap sektor berbeda dalam penyerapan tenaga kerja. Elastisitas kesempatan kerja
didefinisan sebagai perbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju
pertumbuhan ekonomi.
Untuk
membuat suatu kerangka dasar bagi pembahasan strategi penciptaan lapangan kerja
baru yang dapat menahan kenaikan lebih lanjut dari kelebihan tenaga kerja di
Indonesia digunakan kerangka dasar perkiraan dengan menggunakan konsep
elastisitas kesempatan kerja. Secara makro elastisitas kesempatan kerja
digunakan untuk memperkirakan atau memproyeksikan sampai seberapa besar laju
pertumbuhan produksi yang diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan
angkatan kerja yang ada.
Keberhasilan
pembangunan insdustri pada masa yang
akan datang akan sangat tergantung pada pengembangan sumber daya manusia yang
sekaligus merupakan potensi yang sangat besar didalam negeri. Peningkatan
kualitas SDM dilingkungkan dunia usaha menuntut keterlibatan perusahaan yang
bersangkut yaitu pemerintah dan pihak lain yang terkait antara lain serikat
kerja para profesional serta masyarakat.
Keterlibatan pemerintah dalam hal ini berkaitan dengan pendidikan umum
dan kejuruan seyogyanya berorientasi pasar. Program pengembangan dan latihan
dapat menigkatkan produktivitas tenaga kerja, untuk itu perlu adanya penilaian
terhadap prestasi kerja ataupun pelaksanaan kerja.
Kesempatan
kerja dpat diciptakan oleh suatu perekonomian tergantung pda pertumbuhan dan
daya serap masing-masing sektor. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap
tenaga kerja antara lain:
1. Kemungkinan
subtitusi tenaga kerja dengan faktor poduksi yang lain misalnya modal
2. Elastisitas
permintaan terhadap barang yang dihasilkan
3. Proporsi
biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi pelengkap lainnya.
4. Elastisitas
persediaan faktor produksi pelengkap lainnya
2.1.4
PERLUASAN
KESEMPATAN KERJA
Kebijaksanaan
perluasan kerja erat hubungannya dengan kebijakkan kependudukan secara umum
penyediaan atau penawaran tenaga kerja suatu negara atau daerah dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti jumlah penduduk, tenaga kerja, pendidikan,
perkembangan ekonomi dan lain-lain. Semakin sempitnya daya serap sektor modern
terhadap perluasan kesempatan kerja telah menyebabkan sektor tradisional
merupakan tmepat penampungan angkatan kerja. Lapangan kerja terbesar yang
dimiliki Indonesia berada pada sektor informal. Besar kecilnya tenaga kerja
terhadap tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor- faktor yang memungkinkan
substitusi tenaga kerja dengan faktor produksi lainya, elastisitas permintaan
terhadap barang yang dihasilkan dan elastisitas persediaan dari faktor produksi
pelengkap lainnya.
Penyebaran
tenaga kerja secara meluas baru terdapat pada tahap sesudah mulai tumbuhnya
kekuatan sekunder di bidang industri. Keadaan ini memakan waktu satu dasawarsa
atau lebih lama lagi. Sementara itu sebagian masyarakat masih tergantung pada
sektor tradisional, yaitu produksi pertanian dengan tingka teknologi yang sederhana
dan produktivitas yang relative rendah. Kenaikan ini sering tidak dapat berpacu
dengan laju pertumbuhan penduduk. Bagian yang semakin besar dari hasil tambahan
disektor yang tumbuh degan pesat, sebaiknya dialihkan sebaiknya dialihkan
sebagai reinvestasi untuk memperluas dasar kegiatan ekonomi masyarakat.
2.1.5
STRATEGI
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DI ERA OTONOMI
Titik
beratpembangunan nasional maupun daerah dewasa ini masih tetap dalam bidang
ekonomi yang dilakukan dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan
penyediaan lapangan kerja, memperbaiki kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan dan sekaligus untuk mengurangi ketimpangan pembangunan antar daerah
yang dewasa ini cukup tinggi dan mencemaskan.
Strategi pembangunan
ekonomi daerah di era otonomi itu adalah sebagai berikut:
1.
Strategi pembangunan
berbasis keuntungan kompetitif daerah.
2.
Pengembangan komoditi
unggulan
3.
Peningkatan kemampuan
teknologi daerah
4.
Peningkatan kualitas
sumber daya manusia daerah
5.
Pengembangan
kewirausahaan daerah
6.
Pengembangan kawasan
ekonomi terpadu
7.
Pembangunan ekonomi
kota
8.
Pengembangan ekonomi
desa
2.1.6
KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN DI ERA OTONOMI
Salah
satu bentuk kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang didasarkan pada prinsip
keuntungan kompetitif adalah pengembangan komoditi unggulan. Pemerintah
mendorong masing- masing daerah agar dapat mengembangkan satu adau dua komoditi
utama yang mempunyai potensi besar dan mempunyai daya saing tinggi sesuai
dengan keuntungan kompetitif yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.
2.1.7
KEBIJAKAN
MENGATASI KEWIRAUSAHAAN DAERAH YANG MASIH RENDAH
Kewirauahaan
daerah umumya masih rendah, para birokrat minta dilayani masyarakat bukan
melayani kepentingan publik. Masyarakat bisnis minta proyek pada pemerintah
bukan inovatif menciptakan peluang bisnis. Budaya kerja birokrasi yang masih
tertutup dibuat menjadi lebih mudah, terbuka dan efektif. Jika para pejabat
masih tertutup, investor mana yang akan menanam investasi. Karen itu diperlukan
upaya-upaya yang tegas dan serius dari pemerintah daerah untuk mengembangkan
semangat kewirausahaan yang sudah ada. Pengembangan usaha kecil dan menengah
(UKM) perlu terus dilakukan sebagai ajang pembinaan dan pengembangan
kewirausahaan.
3. BIAYA KETENAGAKERJAAN DAN EFEKNYA PADA PERMINTAAN
3.1 PENANGANAN USAHA KECIL
Usaha
Kecil Menengah(UKM)pada tahun 2000 hanya menyumbang 5,67 persen terhadap Domestik Bruto(PDB)dan 15 persen dari total ekspor non migas.Data
–data ini jelas menunjukkan betapa besarnya potensi UKM yang masih dapat dikembangkan,baik
dalam produktivitas maupun daya saing.
Sepanjang
krisis keuangan dan ekonomi yang demikian
akut menimpa Indonesia dalam tahun 1997-1998,UKM diseluruh Indonesia
terbukti menjadi salah satu pelaku ekonomi yang kuat dan ulet.Salah satu
kekurangan dalam langkah pengembangan UKM adalah upaya mengisolasi UKM dari
persaingan.Jika UKM ini sukses dan maju,mereka juga harus bersaing atas dasar efisiensi dan kualitas.
Atas
dasar kombinasi ketiga kategori tersebut,usaha kecil diklasifikasikan kedalam
d3ua kelompok.Pertama adalah micro-enterprise yang
meliputi(1)self-employment perorangan,(2)self-employment kelompok,dan(3)cottage
industry,yakni industry rumah tangga yang memperkerjakan kurang dari 10
orang.kedua adalah small scale enterprise,yakni terdiri dari(1)usaha kecil yang
mengguanakan teknologi tradisional,dengan kecendrungan teknologi enterprise,yaitu terdiri dari(1)
usaha kecil,yang menggunakan teknologi tradisional,dengan kecendrungan
teknologi yang digunakan dapat meningkat menjadi modern,dan(2)usaha kecil yang
menggunakan teknologi modern, dengan kecendrungan semakin menguat keterkaitanya
dengan struktur industry secara khusus.
Ada
tiga tahapan perkembangan usaha kecil yang bila dilihat dari aspek
pertumbuhannya.pertama,adalah usaha kecil yang masih berada pada tingkat
survival.kedua adalah usaha kecil yang berada pada tingkat konsolidasi.ketiga
adalah usaha kecil yang berada pada
tingkat akumulasi.Tataran pertama adalah tataran survival.Tataran ini barangkali
meliputi usaha-usaha kecil yang disebut sebagai self employment.Tataran perkembangan kedua adalah tataran tataran
pada perkembangan konsolidasi.
Kebijakan
pengembangan usaha kecil diperlukan pendekatan khusus,dan ini berarti
diperlukan penentuan target group yang
sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Ada dua pendekatan yang diterapkan
untuk pengembangan usaha kecil untuk menyosong era globalisasi,yakni pendekatan
efisiensi dan produktivitas dan pendekatan kesejahteraan dan pemerataan.Secara
sederhana barangkali disebutkan bahwa pendekatan efisiensidan
produktivitaslebih cocok untuk usaha kecil yang dikelompokan kedalam usaha
kecil yang telah mencapai tingkat akumulasi.
Penerapan
pendekatan efisiensi dan produktivitas kepada kelompok usaha kecil tingkat
akumulasi didasarkan pada pertimbangan bahwa usaha kecil tersebut dapat
ditempatkan pada formal usaha besar dan usaha kecil,yakni usaha kecil yang bisa
bekerja sama dengan usaha besar,yakni bersifat parlementer dengan usaha
besar,efisien,dan modern dan mempunyai sifat dan prilaku wirausaha yang tidak jauh dari usaha skala besar.
3.1.1
Prospek Usaha Kecil
Sampai
disini menjadi jelas bahwa peran ekonomi usaha kecil sangat penting,tidak saja
sumbanganya pada pereokonomian nasional,tetapi untuk perekonomian masyarakat.Untuk makin meningkatkan peran
sector usaha kecil dimasa mendatang,pemihakan pemerintahyang telah
dilakukan selama ini perlu lebih diingatkan lagi.
Pemihakan yang tegas pemerintah
pada usaha kecil dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya sector
tersebut memperoleh akses pada pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomiyang ada
,akan memperkecil ketimpangan yang terjadi,dan mendorongnya pemerataan.
3.2 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
KECIL
Dalam
hal ini, pemerintah mendorong masing-masing daerah untuk desa untuk
mengembangkan satu atau dua komoditi utama yang mempunyai potensi besar dan
mempunyai daya saing tinggi sesuai dengan
keuntungan kompetitif yang
dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Aspek penting lainya dari aspek
komoditi unggulan daerah tersebut adalah
guna memperbaiki distribusi
pendapatan masyarakat yang merupakan
unsur penting dalam pereokonomian rakyat.
Akhir-akhir
ini pengembangan IRTK dipandang sebagai cara yang efektif untuk memajukan sector swasta,walaupun dalam
skala kecil. Keberadaan IRTK akan berimplikasi pada peningkatan
pendapatan keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan bagi kelompok penduduk miskin
dipedesaan. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pedesaan
adalah bagaimana menguatkan kelembagaan
IRTK ini,misalnya dengan cara memfasilitasi mereka dengan berbagai macam
kemdahan untuk pengutan modal (bantuan modal bergulir)maupun akses perluasan
pasar.salah satu alternatif pembedayaan IRTK dalam jangka pendek adalah perlu
diadakan pendidikan manajemen sederhana,menjaga kedekatan dengan pelaku
IRTK,melakukan subcontracting dan
pelatihan penerapan teknologi.
Studi
kasus di Kabupaten Jember berdasarkan jenisnya.produk IRTK KabupatenJember
berjumlah 19 jenis yang tersebar di 9 Kecamatan.
NO
|
NAMA
SENTRA
|
JENIS
INDUSTRI
|
LOKASI
SENTRA (DESA KECAMATAN)
|
JUMLAH
TENAGA KERJA
|
JUMLAH
UNIT USAHA
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
|
Gula kelapa
|
Gula kelapa
|
Lojejer kec.wuluhan
|
350
|
180
|
2
|
Tempe
|
Tempe
|
Petung kec.bangsalsari
|
140
|
70
|
3
|
Tahu
|
Tahu
|
Rowotamtu kec.Rambipuji
|
91
|
26
|
4
|
Kerupuk
|
Kerupuk
|
Mangli kec.kaliwates
|
421
|
41
|
5
|
Terasi
|
Terasi
|
Puger kulen kec.puger
|
100
|
30
|
6
|
Tepe Singkong
|
Tape Singkong
|
Pondik Dalem kec.Tanggul
|
70
|
35
|
7
|
Genteng
|
Genteng
|
Tamansari kec.wuluhan
|
758
|
360
|
8
|
Kapur
|
Kapur
|
Grenden kec.puger
|
970
|
95
|
9
|
Genteng
|
Genteng
|
Sanenrejo kec.tempurejo
|
302`
|
60
|
10
|
Ayaman bamboo
|
Anyaman
bamboo
|
Pandomasaran kec.jombang
|
333
|
245
|
11
|
Anyaman tikar
|
Anyaman tikar
|
Umbulsari kec.umbulsari
|
535
|
135
|
12
|
Tenun tikar
|
Tenun tikar
|
Curahmalang kec.rambiju
|
295
|
140
|
13
|
Kurungan burung
|
Kurungan burung
|
Dawuhanmangali kec.sukono
|
546
|
135
|
14
|
Kere bamboo
|
Kere bamboo
|
Haharjo mulio kec.silo
|
205
|
70
|
15
|
Meubel
|
Meubel rotan
|
Seputih kec mayang
|
111
|
37
|
16
|
Gerabah
|
Gerabah
|
Kelisir kec.wuluhan
|
80
|
40
|
17
|
Kalung pocok
|
Kalung rotan
|
Balung kec.balung
|
40
|
20
|
18
|
Sayangan
|
Sayangan
|
Suci kec.panti
|
30
|
13
|
19
|
Pande besi
|
Pande besi
|
Balung kulon kec.balung
|
185
|
37
|
Hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pedesaan adalah bagaimana menguatkan kelembagaan IRTK
ini,misalanya dengan cara memfasilitasi mereka dengan berbagai macam kemdahan
untuk pengutan modal (bantuan modal bergulir)maupun akses perluasan pasar.salah
satu alternatif pembedayaan IRTK dalam jangka pendek adalah perlu diadakan
pendidikan manajemen sederhana,menjaga kedekatan dengan pelaku IRTK,melakukan subcontracting dan pelatihan penerapan teknologi.
Studi
kasus di Kabupaten Jember berdasarkan jenisnya.produk IRTK KabupatenJember
berjumlah 19 jenis yang tersebar di 9 Kecamatan.
Pemerintah
kabupaten sebagai fasilitator
bentuk-bentuk kerja sama antarn UKMIRTK pengusaha dengan melakukan subcontracting, yakni prinsipnya adalah mengaitkan
IRTK dengan usaha yang lebih besar dan sudah mapan.Keterkaitan antar IRTK
dengan usaha yang lebih besar didasarkan pada hubungan yang saling
menguntungkan dimana bagi perusahaan
besar dapat melakukan proses produksi dengan lebih efisien dan bagi IRTK dapat
terbantu untuk meningkatkan bisnisnya.
Program
pengembangan IRTK ,kegiatan yang perlu adalah dengan memberikan (1)pelatihan
dan bantuan peralatan pada IRTK.(2)bantuan pada modal berupa pinjaman dana
bergulir,(3)pembutan peta tematikIRTK (4)inventarisi potensi IRTK(5)monitor
harga pokok hasil produksi IRTK dan(6)bantuan alat kerja.
Program
perkembangan perdagangan hasil produksi IRTK dan system distribusi, kegiatan yang perlu dilakukan
adalah(1)peningkatan dan pengembangan pemasaran melalui KUB; (2)pembuatan papan
namasentra; (3)pembuatan show room dalam bentuk pasar
rakyat;(4)pemberdayaan peluangekspor; (5)perluasan pasar dalam negri
melalui kegiatan pameran;(6)sosialisasi SKA dan Dumpung Safe Guard.
3.3 PENGEMBANGAN TENAGA KERJA
BUDIDAYA TANAMAN OBAT
Tumbuhan
obat merupakan salah satu tanaman hasil hutan non kayu yang mempunyai potensi
cukup tinggi untuk dibudidayakan. Pemakaian tanaman obat dari waktu ke waktu
cendrung terus meningkat baik di dalam negri maupun di berbagai Negara di
dunia. Dalam perdagangan internasional, produk tanaman obat termasuk salah satu
mata dagang komoditas ekspor Indonesia.
Kawasan
hutan Taman Nasional Merubetiri (TNMB) yang terletak di wilayah Kabupaten
Jember dan Banyuwangi mempunyai potensi besar potensi besar produksi tanaman
obat. TNMB merupakan kawasan konversi yang memiliki potensi tumbuhan obat
dikawasan yang luasnya kurang lebih 58.000Ha, diperkirakan berjumlah 346
spesies.
Tanaman
obat obat mempunyai multi guna, termasuk bagian rimpangannya banyak
dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, bahan bku industrI
kosmetik, penyedap masakan,bumbu dan rempah-rempah. Tanaman Obat Keluarga
(TOGA). Fungsi dan manfaat ini dapat diperluaskan lagi menjadi Tanaman Obat dan
Bumbu untuk Keluarga (TOBGA).
3.4 PEMBERDAYAAN
UKM TIDAK HANYA
BANTUAN MODAL
Keberadaan usaha kecil dan menengah
(UKM) tahan banting ditengah situasi yang serba tidak menentu dan penuh ketidakpastian,sejak
krisis melanda negeri ini pada pertengahan tahun 1977 sampai saat ini.pada masa
krisis ini konstribusi kegiatan ekspor terbesar diberikan oleh kelompok UKM.
Pengembangan UKM tidak cukup sekedar dengan pemberian bantuan
modal uang. Padahal
bagi sebagian besar UKM yang banyak
terdapat di daerah permasalahannya disebabkan karena lemahnya manajemen, aturan yang birokratis, iklim usaha yang tidak
kondusif dan penerapan teknologi menjadi
kendala untuk berkembang lebih lanjut.
Dengan karakter bisnis yang sangat
dinamis ,UKM hanya membutuhkan iklim usaha yang kondusif ,aturan yang tidak birokratis
sehingga lebih efisien dan sedikit kemauan membantu memperbesar pendanaan.
Pendidikan manajemen sederhana
harus diberikan kepada pelaku UKM agar
mampu mengembangkan usahanya dan memasarkan hasil produksinya.pendidikan
manajemen sederhana ini,artinya melakukan pendidikan startegi
pemasaran,melakukan administrasi yang baik dan sehat dalam bentuk akuntansi
sederhana,diantaranya pelatihan cara penjualan dan administrasi keuangan.
Pemerintah sebagai fasilitator
bentuk-bentuk kerja sama antara UKM-pengusaha besar dengan melakukan subcontracting yang prinsipnya
mengkaitkan (likages)UKM dengan usaha
yang lebih besar dan usaha mapan.
Pemerintah diharapkan tidak membuat
kebijakan yang diskriminatif dan menggangu terhadap keberadaan UKM. Kebijakan
pemerintah dalam mengiosalasi UKM dari persaingan menunjukan kesalahan
kebijakan pemerintah paling umum dan mendasar.kebijakan itu akan menghasilkan
keuntungan jangka pendek,namun tampa disadari hal ini melemahkan inovasi dan
dinamisme UKM.
3.5 MANAJEMEN TERPADU PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL
SUDAH SAATNYA DIBENTUK.
Sektor industri merupakan salah
satu sektor yang menjadi tumpuan pembangunan nasional Indonesia.oleh karena itu
pemerintah indonesia bertekad untuk terus mengembangkan dan mempercepat
pertumbuhan sektor tersebut terutama dalam rangka mempercepat terciptanya
struktur ekonomi yang lebih seimbang.
Industri kecil dan menengah
termasuk industri kerajinan dan industri rumah tangga perlu di bina menjadi
usaha yang makin efisien dan mampu berkembang mandiri,meningkatkan peranannya
dalam penyediaan barang dan jasa dalam berbagai komponen baik untuk keperluan
pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.oleh karena itu pengembangan
industri kecil dan menengah perlu diberi kemudahan baik dalam
permodalan,perizinan maupun informasi pemasaran.
Pembinaan dunia usaha industri
dititik beratkan pada penciptaan iklim yang sehat dan merangsang kegiatan
ekspor non migas dalam rangka meningkatkan devisa negara,memacu kompetisi yang
sehat dan produktif sehingga timbul persaingan yang sehat di antara pengusaha
baik dalam bentuk produk maupun pemasarannya.
Secara ekonomis industri kecil
mempunyai potensi besar yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat,sehingga perlu dikembangkan semaksimal mungkin.kegiatan industri
kecil pada umumnya berada pada sektor menyerap tenaga kerja cukup besar.
Pembangunan secara luas dapat
diartikan sebagai usaha lebih meningkatkan produktivitas sumber daya yang baik
sumber daya manusia,sumber daya alam maupun sumber daya modal/kapital. Khusus
mengenai sumber daya manusia,memiliki dua faktor yaitu:(1) angkatan kerja yang
belum memiliki keahlian dan ketrampilan yang memadai.untuk sumber daya ini
memerlukan investasi berupa pendidikan dan latihan agar dapat menjadi sumber
daya produktif;dan (2) sumber daya yang telah memiliki keterampilan dan keahlian serta keahlian
dalam mengelola usaha jumlahnya sangat sedikit.
Pengembangan industri kecil
ditingkatkan dengan melaksanakan berbagai jenis pelatihan dan bimbingan teknis
yang mencakup aspek teknologi produksi,manajamen dan pemasaran.pengembangan
yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan,produktivitas dan skala usaha
industri kecil,serta meningkatkan mutu produk,makakebijakan penerapan gugus
kendali mutu(GKM) pada industri kecil terus dilanjutkan ditambah dengan
monitoring secara ketat untuk lebih mendukung pengembangan industri kecil maka
daya guna unit pelayanan teknis (UPT) sebagai sarana penunjang pembinaan dan
pengembangan bagi industri kecil yang sudah berjalan terus dioptimalkan,dengan
perubahan reorganisasi SDM yang profesional dalam menangai UPT tersebut.
Sebelum membentuk manajemen terpadu
pengembangan industri kecil dikabupaten jember,ada 5 (lima) hal yang perlu di
observasi oleh tim,yaitu
1. Mengidentifikasi
berbagai faktor yang menjadi penentu pengembangan industri kecil di kabupaten
jember.
2. Mengidentifikasi
keterkaitan dan peran industri pada masyarakat dalam hubungannya dengan
pengembangan industri kecil di kabupaten jember.
3. Mapping
berbagai potensi keunggulan industri kecil dan kegiatan usahannya di kabupaten
jember.
4. Bagaimana
profil industri kecil di kabupaten jember.
5. Pemilihan
dan penuntun aktivitas yang menjadi basis program terpadu pengembangan industri
kecil di kabupaten jember.
Hasil
yang diharapkan dengan adanya penerjunan tim observasi tersebut dilapangan
adalah.
1. Membuat
Rekomendasi kebijakan yang memadukan berbagai institusi dan kegiatan yang
terkait dalam usaha mengembangkan industri kecil di kabupaten jember.
2. Panduan
program terpadu kegiatan pengembangan industri kecil untuk jangka menengah dan
jangka panjang di kabupaten jember.
3. Memberikan
masukan untuk mencari jalan keluar bagi kebijakan peningkatan kesempatan kerja
melalui industri kecil.
3.6
PENGEMBANGAN JARINGAN EKONOMI PEDESAAN
Untuk medukung pengembangan sumber
daya keluarga dan sumber daya manusia di pedesaan serangkai intervensi sosial
ekonomi yang mendorong perubahan dari kondisi agraris menjadi kondisi
industri.Selama ini telah dikenal adanya lembaga ekonomi di pedesaan yang
menghidup kegiatan ekonomi pedesaan yang terdisional seperti lumbung
desa,pedagang pengumpulan hasil pertanian,pasar mingguan,pasar ternak,KUD dan
sebagainya.Eksistensin dan manfaatnya. Telah cukup dirasakan oleh masyarakat
pedesaan,hanya saja pertumbuhan dan perkembangan relatif lambat.
3.6.1 Modernisasi Lembaga Ekonomi di Pedesaan
Terdapat 2 (dua)
karakteristik bidang perkerjaan yang pada umumnya berkembang di daerah pedesaan
yaitu.
1. Masih
bertumpu pada sektor informal dibandingkan dengan sektor formal dan.
2. Masih
bertumpuh pada sektor pertanian tradisional.
Karakteristik
kedua sektor di atas yaitu sektor informal dan sektor pertanian ditandai antara
lain produktivitasnya rendah,jam kerja tidak teratur,modal kecil,menggunakan
cara manajemen tradisional dan sebagainya.
3.6.2 Peningkatan
pemasaran dan kualitas produk
Untuk mendorong pembangunan yang
makin marak maka kepada keluarga-keluarga di pedesaan diberikan susunan yang
sangat menunjang yang membuat mereka makin betah tinggal dan berusaha di
pedesaan.
Kegiatan ekonomi pedesaan
diharapkan makin beragam tidak lagi hanya menjual hasil produk pertanian tetapi
sudah mengacu kepada produk non-pertanian,jasa dan industri.
Industri-industri rumah tangga yang
berkembang di pedesaan akan merangsang modal dan teknologi beralih masuk ke
pedesaan.desain dan kualitas produk yang dihasilkan akan makin baik dan
sekaligus merangsang pula kegiatan ekonomi produktif lainnya dan sistem
pemasarannya.
Berbagai kegiatan ekonomi produktif
di pedesaan yang diharapkan berkembang antara:
1.
Masyarakat pedesaan
melakukan intensifikasi lahan pertanian dan pemanfaatan tanah perkarangan tidak
terbatas pada tanaman pangan tetapi mencakup kegiatan perikanan dan
perternakan.
2.
Industri rumah tangga
yang mengacu pada petik-olah-jual dan untung (pelaju) untuk hasil pertanian dan
proses-kemas-jual dan untung(pemaju) untuk hasil non-pertanian,serta.
3.
Penguja, karena sektor jasa di
pedesaan akan semakin beragam dan memberikan pelayanan buku saja untuk penduduk
pedesaan itu sendiri bahkan dapat pula melayani kebutuhan penduduk kota yang
berlibur di desa,kegiatan pelayanan jasa itu antara lain seperti bengkel
las,bengkel mobil,angkutan ojek,salon kecantikan dan lain-lain.
Tumbuhnya kegiatan-kegiatan
tersebut akan mendorong semakin meningkatnya pemasaran dan kegiatan
perekonomian mikro di daerah pedesaan.
3.6.3 Peranan Kelompok Keluarga dalam
Mengerakan Ekonomi Desa
Ekonomi kelembagaan sudah lama
diketahui berperan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi terutama didaerah
pedesaan.berbeda dengan karakteristik penduduk daerah perkotaan yang memiliki
tingkat pendidikan,aksesibilitas yang tinggi dan lain sebagainya.penduduuk
daerah pedesaan pada umumnya masih memiliki tingkat pendidikan,pengetahuandan
pengalama yang rendahdalam sistem ekonomi modern.oleh karena itu,dalam
mengembangkan ekonomi pedesaan,sistem ekonomi kelembagaan dipandang lebih cocok
dibandingkan dengan sistem ekonomi perseorangan(individu/privatisasi).para ahli
berpendapat bahwa lembaga dapat diartikan sebagai suatu norma/kaidah peraturan
atau organisasi yang memudahkan koordinasi dalam membentuk harapan
masing-masingyang mungkin dapat dicapai dengan saling bekerja sama.
Untuk mempercepat upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat,pemerintah kemudian membuat berbagaikebijakan di
antaranya bangga suku desa yang diharapkan mampu merangkum secara efektif dalam
pencapaian ketiga tujuan tersebut di atas.gerakan bangga suku desa yang
dijabarkan dengan program pemaju,pelaju,takesra,dan kukesra pada dasarnya
mengambil prinsip pada pengembangan ekonomi pedesaan yang mandiri.untuk itu
keberadaan lembaga perekonomi di daerah pedesaan diupayakan untuk terus
dikembangkan dan ditingkatkan.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
meningkatkan keberadaan lembaga perekonomian ini yaitu tingkat laku perorangan
anggota,kelompok masyarakat,bidang usaha ekonomi,upaya peningkatan kesjahteraan
melalui peningkatan harga untuk barang yang dihasilkan,upah tenaga
kerja,kesempatan kerja yang terbuka,hubungan konsumsi dengan tabungan yang
ada,serta kaitannya dengan tujuan-tujuan investasi ekonomi pedesaan.
Kemampuan menyelenggarakan bangga
suku desa,termasuk keberhasilan penyediaan modal bagi keluarga-keluarga dan
pembanguna jaringan ekonomi pedesaan yang disertai tumbuhnya sikap
mental”moderen” dari masyarakat desa selanjutnya akan mempercepat tinggkat
urbanisasi.pada gilirannya mensejajarkan indonesia dengan negara-negara maju
lainnya dalam kancah perdadangan dan investasi bebas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Elastisitas
adalah persentase perubahan variable bebas dibandingkan presentase perubahan
variable tidak bebas. Dalam konteks ini dapat dicontohkan hubungan antara biaya
perusahaan yang dimiliki dan permintaan tenaga kerja. Bila anggaran peruahaan
naik maka permintaan tenaga kerja akan tenaga kerja langsung berkaitan dengan
proses poduksi naik pula.
Usaha
Kecil Menengah (UKM)pada tahun 2000 hanya menyumbang 5,67 persen terhadap Domestik Bruto(PDB)dan 15 persen dari total ekspor non migas.Data
–data ini jelas menunjukkan betapa besarnya potensi UKM yang masih dapat
dikembangkan,baik dalam produktivitas maupun daya saing.
Sepanjang
krisis keuangan dan ekonomi yang demikian
akut menimpa Indonesia dalam tahun 1997-1998,UKM diseluruh Indonesia
terbukti menjadi salah satu pelaku ekonomi yang kuat dan ulet.Salah satu
kekurangan dalam langkah pengembangan UKM adalah upaya mengisolasi UKM dari
persaingan.Jika UKM ini sukses dan maju,mereka juga harus bersaing atas dasar efisiensi dan kualitas.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah terntunya kami masih banyak kekurangan. Makal dari itu kami
membutuhkan saran dari pembaca, agar dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih
baik lagi.
Komentar
Posting Komentar